Tahun Baru Imlek 2025 yang jatuh pada hari Rabu, 29 Januari 2025, atau 2576 Kongzili, diprediksi akan membawa cuaca yang berbeda-beda di berbagai tempat. Bagi masyarakat Indonesia, terutama yang merayakan di Kota Solo, Imlek sering kali diidentikkan dengan hujan. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut, curah hujan memang cenderung tinggi. Sejak Minggu, 19 Januari 2025, hujan hampir selalu turun pada sore hingga malam hari di kota tersebut, meskipun sempat ada jeda pada Kamis, 23 Januari 2025.
Hujan yang turun saat Imlek tentu memengaruhi berbagai kegiatan masyarakat, salah satunya perayaan Lampion Imlek yang berlangsung di Pasar Gede, Solo. Lampion-lampion yang seharusnya bersinar meriah, justru terhalang oleh hujan yang membuat masyarakat kesulitan untuk menikmati keindahan suasana.
Lalu, apakah hujan saat Imlek adalah fenomena yang terjadi di seluruh dunia? Ternyata, tidak. Di Indonesia, Imlek seringkali jatuh pada puncak musim hujan, sehingga curah hujan yang tinggi adalah hal yang biasa. Menurut penjelasan Fahmi Prihantoro, seorang Dosen Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada, cuaca hujan saat Imlek memang berhubungan dengan pola musim di Indonesia. Biasanya, antara Januari dan Februari, sebagian besar daerah di Indonesia tengah memasuki puncak musim hujan.
Namun, keadaan ini berbeda jauh dengan perayaan Imlek di Hong Kong. Berbeda dengan Indonesia yang mengalami hujan deras, Hong Kong justru menikmati cuaca cerah selama musim dingin, yang berlangsung pada bulan Januari dan Februari. Alex, seorang pemandu wisata dari Hong Kong Tourism Board, menjelaskan bahwa musim dingin di Hong Kong biasanya cerah dengan langit yang biru, menjadikannya waktu yang ideal untuk kegiatan wisata luar ruangan.
Jadi, meskipun Imlek di Indonesia identik dengan hujan, perayaan Imlek 2025 di Hong Kong justru akan berlangsung dalam cuaca cerah dan dingin, memberi kesempatan bagi penduduk setempat dan wisatawan untuk menikmati berbagai kegiatan luar ruangan yang menyenangkan.