Adrie Basuki, seorang perancang busana yang memiliki kecintaan mendalam terhadap wastra Indonesia, selalu merasa cemas ketika melihat tumpukan kain sisa dari koleksi busana yang ia buat. Sebagai seorang profesional di dunia mode, Adrie sangat sadar bahwa dalam setiap proses pembuatan pakaian, terutama dalam membuat pola, banyak sekali kain yang terbuang begitu saja. Namun, dari kegelisahan itulah muncul sebuah inovasi yang kini menjadi ciri khasnya—kain marmer. Inovasi ini berhasil mengubah limbah kain menjadi bahan baku baru yang memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi, sekaligus memperkenalkan konsep fesyen berkelanjutan yang semakin diminati.
Kain marmer adalah hasil olahan limbah kain yang diubah menjadi bahan baru dengan pola yang menyerupai batu marmer, memberikan sentuhan estetika yang unik. Adrie dan timnya melakukan riset dan pengembangan intensif sejak 2019 untuk menemukan metode terbaik dalam mengolah kain perca, agar tetap mempertahankan identitas wastra Indonesia yang kaya akan nilai budaya. “Awalnya, kami mencoba membuat patchwork, tetapi kami terus mengembangkan kain marmer sebagai bentuk baru dari wastra daur ulang,” ungkap Adrie. Proses ini tidak hanya memberikan kualitas tinggi pada kain yang sebelumnya dianggap limbah, tetapi juga menciptakan produk fesyen yang eksklusif dan penuh makna. Setiap lembar kain marmer memiliki pola yang berbeda, membuat setiap produk yang dihasilkan benar-benar unik, mencerminkan craftsmanship yang tinggi dan dedikasi terhadap kualitas.
Selain karya-karya inovatifnya, Adrie juga berperan penting dalam memajukan fesyen berkelanjutan. Dengan menggandeng brand ternama seperti Jeffry Tan dan Olmovra, ia sukses memperkenalkan koleksi “Askara Raya” pada bulan Februari 2025. Koleksi ini menyatukan busana Adrie yang menggunakan kain marmer, sepatu artisan dari Jeffry Tan, serta parfum dari Olmovra, yang mengusung konsep fesyen yang ramah lingkungan. Koleksi tersebut dapat ditemukan baik secara online maupun langsung di beberapa toko terkemuka, seperti Alun-Alun Indonesia dan Central Grand Indonesia, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendukung produk fesyen yang berkelanjutan.
Namun, kepedulian Adrie terhadap keberlanjutan tidak hanya terbatas pada karyanya saja. Pada 2020, bersama Yane Ardian, istri Wali Kota Bogor Bima Arya, ia menggagas program pemberdayaan perempuan di Desa Sindangsari, Bogor, yang dihuni oleh banyak korban pinjaman online (pinjol). Program ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada ibu-ibu di desa tersebut, agar mereka dapat mengolah kain perca menjadi produk bernilai jual. Dengan program tersebut, Adrie tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis, tetapi juga turut mengangkat kain perca sebagai bagian dari budaya Indonesia yang berkelanjutan. Kampung Perca Bogor, yang kini telah berkembang menjadi destinasi wisata kreatif berbasis wastra daur ulang, menjadi contoh nyata bagaimana fesyen dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Kampung ini kini memiliki 35 ibu-ibu yang aktif berkarya, menciptakan produk kreatif dari kain perca, dan membantu pemberdayaan ekonomi lokal.
Adrie juga terus berkomitmen untuk melestarikan wastra Nusantara dalam karyanya, seperti batik, tenun, dan songket, yang semuanya memerlukan ketelatenan dan keterampilan tinggi dalam proses pembuatannya. Selain itu, ia menyadari bahwa untuk mengembangkan karya-karyanya, dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan. Salah satu bentuk dukungan tersebut datang dari PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang memberikan kesempatan kepada Adrie untuk memamerkan karyanya di ajang BRI UMKM EXPO(RT) 2025. Di acara tersebut, Adrie menjadi salah satu dari seribu UMKM yang terpilih untuk unjuk gigi, sebuah peluang besar untuk memperkenalkan produk fesyen berkelanjutan ke pasar yang lebih luas.
Kehadiran Adrie di BRI UMKM EXPO(RT) 2025 memberikan platform bagi UMKM untuk menunjukkan produk mereka, dan membuka peluang baru untuk meningkatkan kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional. Dengan meningkatnya partisipasi dan antusiasme, BRI UMKM EXPO(RT) telah menjadi ajang yang sangat penting bagi pengusaha lokal, dan semakin memperlihatkan potensi besar dari sektor UMKM di Indonesia.
Dengan dedikasinya terhadap fesyen berkelanjutan, pemberdayaan masyarakat, dan pelestarian budaya Indonesia, Adrie Basuki terus menunjukkan bahwa fesyen tidak hanya soal estetika, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial dan keberlanjutan. Inovasi kain marmer adalah bukti bahwa fesyen bisa menjadi alat untuk menciptakan perubahan yang positif, baik bagi industri mode itu sendiri maupun bagi masyarakat luas.