https://icecassino.net

Pengalaman Menjelajahi Bangkok untuk Pertama Kali

Perjalanan pertama ke Thailand, tepatnya ke Bangkok, memang penuh rasa penasaran dan sedikit kekhawatiran. Meskipun teman-temanku bilang Bangkok mirip dengan Jakarta dan mudah dijelajahi, tetap saja aku merasa ada banyak hal yang belum aku ketahui. Ini adalah perjalanan pertama kali aku ke luar negeri sebagai backpacker, dan aku tak sendiri. Teman dekatku yang juga kurang familiar dengan Thailand, ikut menemani.

Kepulangan ke Jakarta hanya untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dari membeli SIM card Thailand seharga 60 ribu rupiah yang bisa digunakan untuk internet selama delapan hari, hingga melakukan riset tentang cara menggunakan BTS (kereta cepat) dan MRT—dua moda transportasi utama di Bangkok. Sebelum berangkat, aku banyak menonton vlog perjalanan dan membaca artikel tentang Bangkok untuk mempersiapkan segalanya.

Pada 20 November 2019, akhirnya aku tiba di Bangkok. Begitu turun di Bandara Don Mueang, langkah pertama yang aku lakukan adalah mengambil SIM card Thailand yang sudah aku pesan sebelumnya. Ternyata, harga SIM card di Indonesia jauh lebih murah daripada membeli langsung di Bangkok! Ini jadi pilihan cerdas, apalagi dengan banyaknya tempat di Bangkok yang menyediakan wifi gratis, mulai dari stasiun BTS, pusat perbelanjaan, hingga kafe pinggir jalan.

Kesan pertama di Bangkok cukup mengejutkan karena suasananya terasa familiar. Gedung-gedung tinggi, macet, dan hiruk-pikuk kendaraan di jalanan membuatku merasa seperti di Jakarta. Namun, untuk menghindari kemacetan, BTS adalah pilihan terbaik. Menggunakan BTS sangat mudah dan praktis, bahkan bagi pemula seperti aku. Ditambah lagi, sebagai fans Blackpink, aku senang melihat poster-poster besar mereka di stasiun BTS—seperti berada di dunia yang berbeda!

Meskipun kebanyakan orang merasa bingung dengan tulisan Thailand yang asing, aku merasa nyaman berkeliling Bangkok karena sebagian besar papan petunjuk, menu makanan, dan peta BTS juga dilengkapi dengan bahasa Inggris. Tidak hanya itu, banyak penduduk Bangkok yang bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris, sehingga aku merasa sangat dibantu dalam berinteraksi sehari-hari.

Hari pertama di Bangkok diisi dengan eksplorasi kuliner. Salah satu makanan pertama yang aku coba adalah Thai Pork Noodle Bowl seharga 65 Baht, yang rasanya sederhana tapi sangat lezat, terutama daging babinya. Bangkok juga terkenal sebagai kota dengan street food terbaik, dan itu terbukti. Berjalan-jalan di kawasan Pratunam, tempatku menginap, adalah surga belanja dengan harga-harga yang sangat terjangkau untuk barang-barang fashion. Beberapa teman yang memberi saran untuk membawa koper kosong ternyata benar—aku pulang dengan banyak barang belanjaan!

Selanjutnya, aku mencoba Pad Thai Seafood, meskipun rasa asamnya kurang cocok dengan seleraku, tetapi seafood-nya sangat enak. Pada hari kedua, aku mengunjungi tempat wisata ikonik seperti Wat Arun dan Wat Pho. Akses menuju tempat-tempat ini sangat mudah berkat jaringan transportasi yang baik di Bangkok, termasuk boat yang menyeberangi Sungai Chao Phraya. Harga tiket boat sangat terjangkau, dan perjalanan menyusuri sungai dengan pemandangan gedung-gedung tinggi membuat pengalaman ini semakin berkesan.

Wat Arun dan Wat Pho adalah kuil-kuil yang sangat terkenal. Di Wat Arun, aku juga mencoba kuliner lokal yang lezat, yaitu Pork Tom Yam. Setelah puas di Wat Arun, aku melanjutkan perjalanan ke Wat Pho yang terkenal dengan patung Buddha tidur yang megah. Tiket masuk kedua kuil ini sangat terjangkau, namun penting untuk selalu mengenakan pakaian sopan saat berkunjung.

Sore harinya, aku dan teman melanjutkan perjalanan ke Asiatique The Riverfront, sebuah mal tepi sungai yang menawarkan banyak pilihan makan dan belanja. Di sana, aku menikmati pemandangan Bangkok malam hari dari ketinggian dengan menaiki kincir raksasa Asiatique Sky. Sementara itu, tempat ini juga sangat cocok untuk makan malam romantis di kapal pesiar yang mengelilingi Sungai Chao Phraya.

Pulang dari Asiatique, kami menggunakan boat gratis yang disediakan oleh pengelola Asiatique untuk kembali ke Saphan Taksin, dan melanjutkan perjalanan ke Khaosan Road, yang terkenal dengan kehidupan malamnya dan berbagai street food ekstrem. Di sini, aku bahkan berani mencoba makanan yang tak biasa, seperti kalajengking goreng dan ulat sagu. Khaosan Road adalah tempat yang hidup dengan atmosfer backpacker yang sangat khas.

Pada hari terakhir, aku mengunjungi Golden Mount (Wat Saket), yang terletak di puncak bukit dengan stupa emas yang memukau. Meskipun membutuhkan usaha menaiki 318 anak tangga, pemandangan dari puncaknya sangat memuaskan. Golden Mount menyajikan panorama indah Kota Bangkok yang bisa dinikmati dari ketinggian.

Secara keseluruhan, Bangkok adalah kota yang luar biasa seru untuk dijelajahi. Makanan, transportasi, budaya, dan suasana kota yang dinamis membuat perjalanan ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Aku pasti akan kembali lagi ke Bangkok suatu saat nanti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *