Kondisi industri perhotelan di Mataram dan wilayah NTB semakin memprihatinkan akibat merosotnya kunjungan wisatawan. Penurunan okupansi hotel terjadi cukup signifikan, bahkan sejumlah hotel mulai mempertimbangkan untuk merumahkan sebagian karyawannya. Menurut Kepala Lembaga Penjamin Mutu STP Mataram, I Putu Gede, situasi ini tidak hanya terjadi secara lokal, namun menjadi fenomena global akibat perubahan perilaku wisatawan. Ia menilai, penurunan tingkat hunian hotel yang tajam turut berdampak pada pemangkasan tenaga kerja karena tekanan operasional yang tidak tertutupi.
Lebih lanjut, Putu menjelaskan bahwa tren wisata kini bergeser dari konsep wisata massal ke arah wisata yang lebih individual dan minimalis. Wisatawan kini cenderung memilih destinasi yang terpencil dan tidak ramai pengunjung. Selain itu, meningkatnya minat terhadap wisata kesehatan atau wellness tourism juga menjadi faktor penting yang mengubah pola konsumsi jasa hotel. Menurutnya, hotel konvensional yang hanya menawarkan kamar dan makanan tidak lagi relevan di era sekarang, kecuali mereka juga mampu menawarkan pengalaman yang menyatu dengan kebutuhan gaya hidup sehat.
Ia mendorong agar seluruh elemen pariwisata, mulai dari akademisi hingga pemerintah dan stakeholder, duduk bersama menciptakan solusi inovatif untuk menyesuaikan diri dengan tren baru tersebut. Di sisi lain, menjamurnya hotel di Mataram turut memperketat persaingan. Efisiensi anggaran pemerintah yang mengurangi kegiatan rapat di hotel juga memperparah kondisi, karena sektor pariwisata selama ini sangat mengandalkan kegiatan tersebut. Putu menegaskan, diperlukan komitmen bersama untuk membangun kembali pariwisata secara adaptif dan berkelanjutan.