Momen pergantian tahun dirayakan dengan gegap gempita di berbagai belahan dunia. Kemeriahan kembang api, hitungan mundur, dan teriakan “Selamat Tahun Baru” memenuhi malam pergantian tahun dari ujung Kepulauan Karibia di Samudera Pasifik hingga Kepulauan Baker dan Howland sebagai titik terakhir tahun baru. Namun, di tengah perayaan tersebut, ada komunitas yang tetap mempertahankan kesunyian dan kesederhanaan, seperti masyarakat Baduy Dalam di Banten, Indonesia.
Di Times Square, New York, jutaan orang berdesakan menikmati pesta kembang api, dan di Wuhan, Tiongkok, warga melepaskan balon merah muda meski dalam kondisi pandemi. Tidak berbeda jauh, Jakarta pun diramaikan ribuan orang di Bundaran HI untuk menyaksikan kemeriahan kembang api. Namun, di kampung Baduy, perayaan berlangsung dengan tenang, jauh dari hiruk-pikuk modernisasi.
Tradisi Baduy Dalam: Merayakan Tanpa Gemerlap
Berada di Desa Kenekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, masyarakat Baduy Dalam tetap mempertahankan keheningan di malam pergantian tahun, seakan waktu berhenti di desa ini. “Seperti hari-hari biasa saja,” ungkap Agus, salah satu warga Baduy Dalam. Tidak ada kembang api, petasan, atau perayaan besar-besaran. Aktivitas mereka hanya berkutat pada pekerjaan sehari-hari, bercocok tanam, dan berbincang dengan tetangga.
Perjalanan menuju kawasan Baduy Dalam membawa tantangan tersendiri bagi para pelancong, terutama saat musim penghujan di akhir tahun. Untuk mencapai desa ini, pengunjung perlu mendaki dan melewati sungai serta lembah, memerlukan waktu sekitar empat jam berjalan kaki. Masyarakat Baduy Dalam yang terbiasa dengan medan tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Menjaga Tradisi dan Adat yang Lestari
Dalam perjalanan, Agus berbagi cerita mengenai aturan adat yang ketat di Baduy Dalam. Para pengunjung dilarang membawa kamera atau produk kimia seperti sabun dan pasta gigi, serta tidak diperkenankan membuang sampah sembarangan. Penghormatan terhadap alam dan leluhur menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka, dikenal sebagai Pikukuh Baduy, aturan adat yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat.
Ketika tiba di desa, kami disambut hangat oleh Pak Jali, salah satu penduduk setempat. Mereka mempersilakan kami masuk dan menyediakan tikar pandan sebagai alas untuk beristirahat. Tidak ada kemewahan di sini, tetapi keramahan dan kesederhanaan memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Tradisi masyarakat Baduy mengajarkan pengunjung tentang pentingnya menghargai adat dan budaya lokal—di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
Ritual Sederhana: Kesejukan Sungai dan Hidangan Alami
Bagi masyarakat Baduy Dalam, berendam di sungai adalah bagian dari tradisi setelah perjalanan panjang. Sungai ini juga menjadi sumber air utama mereka, karena di desa tidak tersedia kamar mandi modern. Menurut kepercayaan setempat, mandi di sungai setelah perjalanan jauh dipercaya membawa kesehatan. Sungai yang asri dan alami menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin merasakan langsung kehidupan Baduy.
Menjelang malam, kami diundang untuk menikmati hidangan sederhana berupa nasi, sayur, telur dadar, dan sambal. Pak Jali menjelaskan bahwa hari tersebut menjadi momen terakhir bagi mereka untuk menikmati telur, karena selama tiga bulan ke depan mereka memiliki pantangan mengonsumsi telur. Kesederhanaan hidangan ini justru meninggalkan kesan mendalam, menciptakan kebahagiaan dalam kesederhanaan.
Budaya Gotong Royong dan Filosofi Kehidupan
Di sela-sela perbincangan, Pak Jali menceritakan tentang budaya gotong royong yang masih kental di masyarakat Baduy. Saat membangun rumah, seluruh masyarakat bergotong royong untuk mengumpulkan bahan seperti jerami, bambu, dan kayu, tanpa menggunakan paku atau alat modern lainnya. Arah rumah harus menghadap utara atau selatan agar mendapat pencahayaan yang cukup, dan hanya diperbolehkan memiliki satu pintu sebagai simbol kesetiaan dalam rumah tangga.
Prinsip hidup sederhana dan saling membantu adalah fondasi kehidupan di Baduy Dalam. Masyarakat percaya bahwa menjaga tradisi dan menghormati alam adalah cara terbaik untuk hidup seimbang. Meskipun terpencil dan jauh dari kemewahan modern, kebahagiaan di Baduy Dalam tetap dapat dirasakan, mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati sering kali datang dari kesederhanaan dan kedamaian batin.