Serangan yang terjadi di kota resor Pahalgam, Kashmir, yang berada di wilayah yang dikuasai oleh India, telah membuat destinasi wisata di Pakistan terhenti. Biasanya ramai, kini kawasan tersebut terlihat sepi.
Insiden yang terjadi di Pahalgam minggu lalu telah merenggut 26 nyawa, dan India menyalahkan Pakistan atas kejadian tersebut. Namun, Pakistan membantah tuduhan tersebut dengan keras.
Tuduhan tersebut menciptakan ketegangan dan ketakutan, yang memengaruhi sektor pariwisata. Wisatawan kini menghindari salah satu destinasi populer di Pakistan, Lembah Neelum.
Lembah Neelum terletak di wilayah utara Pakistan, yang biasanya menerima sekitar 300.000 wisatawan setiap musim panas. Pemandangan alam yang indah menjadikannya tempat yang banyak dikunjungi, seperti yang dilaporkan oleh Independent UK pada Jumat (2/5).
Namun, letaknya yang hanya kurang dari dua mil dari Garis Kontrol—perbatasan yang memisahkan wilayah Kashmir yang disengketakan—menambah ketegangan. Kedekatannya dengan perbatasan membuat Lembah Neelum sangat rentan terhadap potensi konflik militer, menciptakan kekhawatiran bagi para calon pengunjung.
Dulunya tempat yang damai, Lembah Neelum kini berubah menjadi kawasan yang diliputi kecemasan. Kehidupan masyarakat lokal dan mata pencaharian mereka pun terkena dampak serius.
Rafaqat Hussain, seorang pemilik hotel, mengungkapkan pada Kamis bahwa krisis ini memberikan dampak berat pada industri pariwisata. “Sebagian besar wisatawan telah pergi dan kembali ke tempat asal mereka karena khawatir dengan ancaman perang,” ujarnya.
Sebagai respons terhadap serangan tersebut, pihak berwenang di wilayah Kashmir yang dikuasai India menutup sementara puluhan resor wisata untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun, di sisi Pakistan, tak ada penutupan semacam itu. Pasar di kota perbatasan Chakothi tetap beroperasi meski masyarakat di sana merasa cemas.
“Doa kami adalah untuk kedamaian, karena perang selalu menjadi ancaman bagi warga sipil,” kata Bashir Mughal, pemilik toko di Chakothi, kepada The Associated Press. Ia menambahkan, “Jika terjadi perang, kami akan berjuang bersama tentara.”
Selama periode intensnya penembakan lintas perbatasan, Pakistan pernah membantu warga untuk membangun tempat berlindung di dekat rumah mereka. Namun, dengan populasi yang semakin berkembang, banyak rumah kini yang tidak memiliki perlindungan tersebut.
Mughal memperingatkan, “Jika perang pecah, dampaknya pada warga lokal bisa sangat besar.”
Saiqa Naseer, warga Chakothi, mengenang masa kecilnya yang penuh dengan suara tembakan di perbatasan. “Sekarang, sebagai ibu, saya merasakan ketakutan yang sama,” ujarnya.
Ia masih ingat saat peluru India menghujani lembah yang indah tersebut ketika kedua negara hampir berperang pada tahun 2019. Rumahnya memiliki tempat berlindung, dan jika perang terjadi, ia bertekad untuk tetap tinggal di sana. “Kami tidak akan melarikan diri,” tuturnya.