Tag Archives: Pariwisata Indonesia

https://icecassino.net

Masin Lulik, Fenomena Alam dan Spiritualitas di Ujung Timur Indonesia

Masin Lulik di Desa Litamali, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, menawarkan pesona alam dan budaya yang jarang ditemukan di tempat lain. Terletak sekitar 17 kilometer dari pusat Kabupaten Malaka, Betun, destinasi ini menyuguhkan pemandangan unik berupa bukit lumpur yang secara berkala memuntahkan lumpur bercampur minyak bumi. Fenomena ini tak hanya menarik wisatawan lokal, tetapi juga pengunjung dari negara tetangga, Timor Leste, terutama pada akhir pekan.

Terdapat dua bukit lumpur utama yang masih aktif, masing-masing dengan kawah berdiameter dua hingga tiga meter yang menyemburkan lumpur hingga mencapai 30 meter ke udara. Dari belasan titik yang pernah aktif, kini tersisa tiga titik semburan yang memperkaya nilai geologis tempat ini. Akses menuju lokasi cukup memadai, dengan jalan rabat beton sepanjang hampir dua kilometer dan dilanjutkan dengan jalan tanah berbatu sejauh tiga kilometer, memungkinkan perjalanan dari Betun hanya memakan waktu sekitar 20 menit.

Tak hanya aspek geologinya yang menarik, Masin Lulik juga memiliki nilai spiritual yang tinggi. Warga setempat memercayai tempat ini sebagai lokasi sakral, tempat penyimpanan benda pusaka peninggalan raja Liurai, sekaligus tempat berkumpulnya roh leluhur. Pengunjung wajib mematuhi aturan adat, seperti melepas alas kaki dan menjaga ucapan. Kegiatan ritual kerap digelar, menambah nilai budaya bagi mereka yang ingin mengenal lebih dalam masyarakat Suku Tetun. Pemerintah daerah terus berupaya memperbaiki infrastruktur dan menjaga kelestarian tempat ini agar dapat menjadi destinasi unggulan Malaka.

Hotel di Mataram Tertekan, Tren Wisata Baru Tantang Industri Perhotelan

Kondisi industri perhotelan di Mataram dan wilayah NTB semakin memprihatinkan akibat merosotnya kunjungan wisatawan. Penurunan okupansi hotel terjadi cukup signifikan, bahkan sejumlah hotel mulai mempertimbangkan untuk merumahkan sebagian karyawannya. Menurut Kepala Lembaga Penjamin Mutu STP Mataram, I Putu Gede, situasi ini tidak hanya terjadi secara lokal, namun menjadi fenomena global akibat perubahan perilaku wisatawan. Ia menilai, penurunan tingkat hunian hotel yang tajam turut berdampak pada pemangkasan tenaga kerja karena tekanan operasional yang tidak tertutupi.

Lebih lanjut, Putu menjelaskan bahwa tren wisata kini bergeser dari konsep wisata massal ke arah wisata yang lebih individual dan minimalis. Wisatawan kini cenderung memilih destinasi yang terpencil dan tidak ramai pengunjung. Selain itu, meningkatnya minat terhadap wisata kesehatan atau wellness tourism juga menjadi faktor penting yang mengubah pola konsumsi jasa hotel. Menurutnya, hotel konvensional yang hanya menawarkan kamar dan makanan tidak lagi relevan di era sekarang, kecuali mereka juga mampu menawarkan pengalaman yang menyatu dengan kebutuhan gaya hidup sehat.

Ia mendorong agar seluruh elemen pariwisata, mulai dari akademisi hingga pemerintah dan stakeholder, duduk bersama menciptakan solusi inovatif untuk menyesuaikan diri dengan tren baru tersebut. Di sisi lain, menjamurnya hotel di Mataram turut memperketat persaingan. Efisiensi anggaran pemerintah yang mengurangi kegiatan rapat di hotel juga memperparah kondisi, karena sektor pariwisata selama ini sangat mengandalkan kegiatan tersebut. Putu menegaskan, diperlukan komitmen bersama untuk membangun kembali pariwisata secara adaptif dan berkelanjutan.

Keindahan Tersembunyi di Kaki Tebing: Wisata Alam Air Tawar Cadas Tampa Batu

Berlibur ke tempat wisata bernuansa alam menjadi pilihan tepat bagi siapa saja yang ingin menyegarkan pikiran dari rutinitas harian. Hanya dengan mendengarkan suara gemericik air dan merasakan sejuknya angin alami, tubuh dan pikiran bisa kembali rileks, mengurangi stres, dan menemukan ketenangan. Salah satu destinasi alam yang tengah menjadi sorotan adalah Wisata Alam Air Tawar Cadas Tampa Batu yang terletak di Desa Tampa Batu, Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-Una. Tempat ini menawarkan panorama hijau nan asri dengan udara yang begitu sejuk dan menyegarkan.

Keunikan tempat ini terletak pada tebing tinggi yang megah dengan aliran sungai jernih di bawahnya. Air sungai yang mengalir di antara bebatuan cadas menjadi daya tarik tersendiri, membuat siapa pun yang datang merasa betah untuk berlama-lama. Tak heran, lokasi ini kini menjadi viral di kalangan wisatawan lokal maupun dari luar daerah.

Salah seorang pengunjung, Buang Lakoro, mengungkapkan bahwa keindahan alami di tempat ini menjadi alasan mengapa banyak orang datang. Ia pun berharap para wisatawan dapat menjaga kebersihan lingkungan agar pesona alamnya tetap terjaga. Meski ada aktivitas perusahaan di sekitar area, hal tersebut tidak mengurangi keelokan alam yang ditawarkan.

Untuk menuju ke destinasi ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan akses yang cukup mudah. Wisata Alam Air Tawar Cadas Tampa Batu sangat cocok sebagai tujuan liburan bersama keluarga maupun teman.

Libur Lebaran 2025, Objek Wisata Padang Diserbu Lebih dari 120 Ribu Pengunjung

Momen libur lebaran 2025 menjadi berkah bagi sektor pariwisata di Kota Padang. Tercatat, sebanyak 123.046 wisatawan mengunjungi 13 destinasi wisata unggulan di kota ini selama periode 1 hingga 7 April. Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang, Yudi Indrasyani, menyebutkan bahwa lonjakan wisatawan tersebut tersebar di berbagai lokasi yang menjadi primadona wisata, baik wisata alam maupun bahari.

Pantai Air Manis tercatat sebagai destinasi paling banyak diminati, dengan jumlah kunjungan mencapai 41.000 orang. Menyusul di posisi kedua adalah Batu Malin Kundang yang dikunjungi oleh 35.722 wisatawan. Destinasi lain yang juga ramai dikunjungi antara lain Pantai Nirwana dengan 23.700 pengunjung, Pantai Pasir Jambak dengan 5.600 orang, serta Air Terjun Lubuk Tampuruang yang mencatatkan 4.900 pengunjung.

Pulau-pulau eksotis seperti Pasumpahan dan Sirandah juga menjadi tujuan favorit dengan masing-masing dikunjungi oleh 1.500 dan 1.200 wisatawan. Beberapa lokasi lainnya seperti Gunung Padang, Air Terjun Lubuk Hitam, dan Goa Kelelawar Padayo turut mengalami peningkatan kunjungan meski dalam jumlah lebih kecil. Gunung Padang dikunjungi oleh 575 orang, Air Terjun Lubuk Hitam menerima 1.260 wisatawan, sedangkan Goa Kelelawar Padayo didatangi 520 orang.

Selain itu, destinasi lain seperti Pemandian Lubuk Lukum dan Teluk Buo turut mendapat perhatian dari pelancong. Pemandian Lubuk Lukum tercatat menyambut 2.500 pengunjung, sementara Teluk Buo dikunjungi oleh 320 orang selama masa libur. Menariknya, sebagian besar wisatawan merupakan wisatawan domestik yang memanfaatkan cuti lebaran untuk menikmati keindahan alam yang ditawarkan Kota Padang.

Dinas Pariwisata Kota Padang juga menyampaikan bahwa pihaknya masih menunggu data lengkap dari kunjungan ke Pantai Padang. Biasanya, Pantai Padang menjadi salah satu magnet utama bagi wisatawan, mengingat lokasinya yang strategis dan akses yang mudah dijangkau oleh masyarakat lokal maupun pelancong dari luar kota. Diharapkan dengan meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap destinasi lokal, geliat ekonomi masyarakat sekitar juga ikut terdorong secara positif.

Cinta Tak Berujung pada Alam Nusantara: Kisah Irna Manggala Menjelajah Negeri

Pesona wisata Indonesia ternyata tak hanya memikat turis mancanegara, tapi juga menyihir para pelancong dalam negeri. Dari Sabang hingga Merauke, setiap pulau di Tanah Air menyimpan keunikan dan keindahan yang membuat siapa pun sulit melupakan pengalaman liburan mereka. Hal itu dirasakan langsung oleh Irna Manggala, seorang traveler asal Bogor, Jawa Barat, yang telah lama jatuh cinta pada dunia pariwisata dan menjadikannya sebagai bagian penting dalam perjalanan hidupnya.

Kecintaannya pada wisata bermula sejak masa remaja, ketika ia kerap diajak keluarga bepergian ke luar daerah. Salah satu pengalaman paling berkesan baginya adalah ketika pertama kali berlibur ke Bali. Menurut Irna, Bali sudah seperti ikon utama wisata Indonesia. Keindahan pantai, suasana tropis, dan unggahan media sosial yang memamerkan eksotisme Pulau Dewata membuatnya semakin ingin mengabadikan momen di sana. Bagi Irna, memiliki dokumentasi pribadi di tempat wisata populer adalah bagian dari kenangan yang tak tergantikan.

Seiring berjalannya waktu, Irna makin aktif menjelajahi berbagai destinasi domestik, termasuk daerah timur Indonesia seperti Atambua di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Ia mengakui, kekayaan wisata di Indonesia nyaris tak ada habisnya. Selama sembilan tahun terakhir, Irna rutin berkeliling Nusantara, dan jumlah destinasi yang ia kunjungi sudah tak terhitung. Ia meyakini bahwa Indonesia memiliki beragam tempat indah yang layak dijelajahi, meski hanya sebagian kecil yang bisa dikunjungi karena luasnya negeri ini dan terus munculnya tempat wisata yang sedang naik daun.

Tak jarang, Irna memilih destinasi yang belum terlalu ramai dikunjungi wisatawan, karena ingin merasakan sisi autentik dari suatu daerah. Ia juga kerap membagikan pengalamannya di media sosial untuk menginspirasi lebih banyak orang agar mencintai wisata dalam negeri. Bagi Irna, menjelajah Indonesia adalah pengalaman spiritual yang memperkaya wawasan, menumbuhkan rasa syukur, dan menguatkan kecintaan terhadap tanah air.

Menelusuri Pesona Takengon: Negeri Dingin di Tanah Gayo yang Memikat Hati

Takengon, ibu kota Kabupaten Aceh Tengah, makin dikenal sebagai destinasi wisata unggulan di dataran tinggi Gayo. Berada pada ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut, kota ini menyuguhkan suasana sejuk khas pegunungan yang membuatnya dijuluki sebagai “Kota Dingin”. Pemandangan alamnya yang menawan dan udara segarnya menjadikan Takengon tempat sempurna untuk melarikan diri dari keramaian kota besar.

Akses menuju kota ini cukup mudah melalui jalur darat dari Bireuen atau Bener Meriah. Setibanya di Takengon, para wisatawan akan disambut dengan keindahan Danau Lut Tawar, ikon utama yang menawarkan panorama luar biasa. Tidak hanya menyuguhkan pemandangan alam, Takengon juga menghadirkan pengalaman spiritual melalui Masjid Al Munawarrah yang berdiri anggun di tepi sungai. Sementara itu, bagi pecinta fotografi dan suasana kekinian, Bur Telege menjadi tempat yang tak boleh dilewatkan karena keindahan lanskapnya dari ketinggian.

Pantai Menye di tepi danau menawarkan nuansa layaknya pantai laut, cocok untuk keluarga yang ingin bersantai. Pecinta kopi akan dimanjakan dengan sensasi kopi Gayo di Galeri Kopi Indonesia, tempat edukatif sekaligus kuliner yang menyejukkan. Untuk liburan keluarga, Natural Park Takengon menyediakan wahana ramah anak. Para petualang juga bisa menguji adrenalin di Sungai Uning Jurusen atau mencoba arung jeram di Lukup Badak. Takengon jelas merupakan permata tersembunyi di Tanah Gayo yang wajib masuk daftar perjalanan Anda.

Lebaran 2025: Sinergi Pariwisata dan UMKM untuk Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, berharap sektor pariwisata dapat berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) selama momen libur Lebaran 2025. Dengan melibatkan UMKM di sekitar destinasi wisata, diharapkan perekonomian lokal semakin berkembang. Program yang dijalankan oleh Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC) melalui InJourney Destination Management (IDM) memberikan dampak positif bagi lebih dari 2.500 UMKM serta melibatkan 150 seniman lokal selama periode liburan ini.

Kehadiran UMKM dan komunitas seni dalam industri pariwisata tidak hanya meningkatkan daya tarik destinasi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini menjadi salah satu cara untuk memperkuat rantai ekosistem pariwisata serta menjaga nilai-nilai budaya dan keramahan khas Indonesia. Keterlibatan UMKM dan seniman dalam destinasi heritage seperti ini juga merupakan bentuk apresiasi terhadap warisan budaya yang kaya, memungkinkan wisatawan menikmati pertunjukan dengan suasana yang lebih autentik dan berkesan.

Direktur Utama PT TWC, Febrina Intan, mengungkapkan bahwa momen Lebaran tahun ini mengusung tema “Lebaran di Candi Kembali Fitri Sepenuh Hati”, dengan beragam kegiatan yang diadakan di Taman Wisata Candi. Di Prambanan, digelar Pasar Medang yang berkolaborasi dengan Jumbo, karakter animasi dari film petualangan produksi Indonesia. Sementara itu, pengunjung Kampung Bocah Pasar Medang dapat merasakan pengalaman budaya melalui Bhuvana Java, yang mengenalkan penanggalan Jawa serta pakaian tradisional yang dapat dikenakan untuk berfoto.

Di berbagai area wisata lainnya, pengunjung dapat belajar menulis aksara Jawa dengan bahan daur ulang, bermain permainan tradisional, hingga memberi makan hewan di loka satwa. Destinasi Keraton Ratu Boko menghadirkan permainan seperti egrang dan gangsing, dengan hiburan musik Srandul serta Gejog Lesung dari seniman setempat. Di Borobudur, tersedia Panggung Rakyat Borobudur dengan pertunjukan seni seperti tari Soreng, Dayakan, dan jathilan, serta aktivitas membuat kerajinan gerabah dan anyaman.

The Manohara Hotel Yogyakarta turut menghadirkan pengalaman kuliner dengan paket spesial “Rantangan Tradisi Manohara” dan Halal Bihalal. Kolaborasi ini melibatkan 2.500 UMKM, 1.500 seniman, serta 9.000 tenaga kerja lokal. Upaya ini merupakan langkah keberlanjutan untuk menjaga budaya, memperkuat ekosistem ekonomi, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar serta generasi mendatang.

Pariwisata Global Bangkit: 1,4 Miliar Wisatawan Tandai Pemulihan Dunia


Pada tahun 2024, sektor pariwisata global mencatat kemajuan pesat dengan jumlah wisatawan internasional mencapai 1,4 miliar, hampir menyamai angka sebelum pandemi COVID-19. Data ini menunjukkan peningkatan 11% dibandingkan tahun 2023, setara dengan tambahan 140 juta wisatawan. Pemulihan ini turut disertai dengan kenaikan pengeluaran wisatawan, memberikan dampak positif bagi destinasi di berbagai belahan dunia.

Berdasarkan laporan Barometer Pariwisata Dunia dari UNWTO (Organisasi Pariwisata Dunia PBB), sejumlah wilayah bahkan berhasil melampaui angka kedatangan wisatawan sebelum pandemi. Timur Tengah menjadi yang terdepan dengan 95 juta wisatawan internasional, naik 32% dibandingkan tahun 2019, meskipun hanya meningkat 1% dibandingkan 2023. Afrika mencatatkan 74 juta wisatawan, naik 7% dari tahun 2019 dan 12% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sebagai kawasan pariwisata terbesar, Eropa mencatat kedatangan 747 juta wisatawan, tumbuh 1% dari 2019 dan 5% dari 2023. Meski demikian, kawasan Eropa Tengah dan Timur masih terdampak konflik Rusia-Ukraina. Sementara itu, Amerika mencatat tingkat pemulihan hingga 97% dari periode pra-pandemi dengan kedatangan 213 juta wisatawan. Di Asia dan Pasifik, pertumbuhan signifikan terlihat dengan kenaikan 33% dibandingkan tahun 2023, mencapai 316 juta kunjungan, meski angkanya masih 87% dari tingkat sebelum pandemi.

Subkawasan seperti Afrika Utara dan Amerika Tengah mencatat pertumbuhan tertinggi, masing-masing meningkat 22% dan 17% dibandingkan 2019. Selain itu, kawasan Eropa Mediterania Selatan, Karibia, dan Eropa Utara juga menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Zurab Pololikashvili, Sekretaris Jenderal UNWTO, menyatakan bahwa kebangkitan ini mencerminkan optimisme besar di sektor pariwisata. Pada tahun 2024, pariwisata global berhasil pulih dan kembali ke tingkat sebelum pandemi. Di banyak wilayah, jumlah wisatawan dan pendapatan bahkan melampaui tahun 2019. Tren positif ini diperkirakan berlanjut hingga 2025, didukung oleh permintaan yang kuat dan kontribusi pariwisata dalam pembangunan sosial-ekonomi,” ungkapnya.

Performa Pariwisata Indonesia
Indonesia juga mencatat capaian positif dengan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 12,66 juta orang dari Januari hingga November 2024, meningkat 20,17% dibandingkan periode yang sama pada 2023. Namun, angka ini masih lebih rendah dibandingkan 16,11 juta wisatawan pada 2019. Dengan membaiknya kondisi global, sektor pariwisata di Indonesia diharapkan terus tumbuh dan memberikan dampak besar pada perekonomian nasional.

Proyeksi 2025
UNWTO memprediksi jumlah wisatawan internasional pada 2025 akan meningkat antara 3% hingga 5% dibandingkan 2024, dengan asumsi stabilnya kondisi ekonomi global, menurunnya inflasi, serta tidak adanya eskalasi konflik geopolitik. Tren ini memberikan harapan baru bagi sektor pariwisata untuk terus berkembang dan berperan dalam pembangunan berkelanjutan.


Eco-Tourism: Tren Utama yang Membawa Perubahan Besar pada Pariwisata Indonesia

Perubahan iklim kini menjadi ancaman nyata yang tidak lagi dapat diabaikan, dan generasi milenial serta gen Z tumbuh dalam kesadaran akan krisis lingkungan ini. Kedua generasi ini hidup di tengah meningkatnya urgensi untuk menyelamatkan bumi, dan banyak yang berperan aktif dalam menyuarakan keprihatinan terhadap masa depan lingkungan.

Menurut Indonesia Millennial Report 2024 dan Indonesia Gen Z Report 2024, sekitar 90 persen milenial dan 88 persen generasi Z setuju bahwa perubahan iklim perlu ditangani secara serius. Kesadaran ini tercermin dalam perilaku mereka sehari-hari, mulai dari mengurangi penggunaan plastik hingga memilih transportasi umum untuk mengurangi emisi karbon. Selain itu, lebih dari 68 persen milenial dan 88 persen gen Z menyatakan kesiapan mereka membayar lebih untuk produk ramah lingkungan.

Perubahan perilaku ini juga berpengaruh pada pilihan mereka dalam bidang pariwisata, di mana ekowisata dan pariwisata berkelanjutan telah menjadi tren yang populer. Ekowisata atau ecotourism berfokus pada pelestarian lingkungan, pengalaman edukatif bagi wisatawan, serta manfaat bagi komunitas lokal.

Menurut definisi dari KBBI Online, ekowisata adalah jenis wisata yang berlandaskan alam, berupaya melibatkan wisatawan dalam kegiatan yang menjaga kelestarian lingkungan. Ekowisata didesain agar wisatawan tidak merusak lingkungan, tetapi justru mendukung pelestariannya.

Sebagaimana diberitakan oleh icecassino.net, konsep ecotourism mencakup tiga tujuan utama: kelestarian lingkungan, kesejahteraan masyarakat lokal, dan keberlanjutan ekonomi. Dalam penerapannya, ecotourism berfokus memberikan pengalaman konservasi alam bagi pengunjung. Empat pilar utama yang menopang ekowisata ini meliputi manajemen berkelanjutan, keberlanjutan sosial-ekonomi, kelestarian budaya, dan pelestarian lingkungan.

Berbeda dari model pariwisata massal, ekowisata lebih mendorong wisatawan untuk tinggal lebih lama, menikmati alam dengan bertanggung jawab, sehingga dampak positif pada lingkungan dan masyarakat sekitar dapat dirasakan secara berkelanjutan.

Ekowisata bukan sekadar tren sementara; ini adalah perubahan yang mendalam dalam pariwisata modern. Dengan melibatkan masyarakat lokal sebagai bagian aktif dalam pengelolaan wisata, ekowisata tidak hanya menjaga alam, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan di lokasi wisata.

Di Indonesia, popularitas ekowisata dan pariwisata berkelanjutan terus meningkat. Pemerintah Indonesia juga telah menunjukkan komitmen serius untuk mendukung pariwisata yang lebih ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan survei dari Kemenparekraf pada Juli 2023, yang menunjukkan bahwa lebih dari 56 persen ahli memprediksi pariwisata berkelanjutan akan menjadi tren utama pada 2023-2024.

Pariwisata Berkelanjutan Jadi Pilihan Utama Gen Z, Tren yang Kian Populer

Gaery Undarsa, Co-Founder sekaligus Chief Marketing Officer tiket.com, mengungkapkan bahwa pariwisata berkelanjutan kini semakin digemari oleh generasi Z. Tren ini selaras dengan semakin meningkatnya kesadaran generasi muda akan pentingnya menjaga lingkungan dan memilih gaya hidup yang ramah lingkungan, termasuk dalam aktivitas berlibur. Generasi Z, yang lahir antara 1996 dan 2012, dikenal sebagai generasi yang sangat aktif bepergian dan menjadikan liburan sebagai bagian dari prioritas hidup mereka.

“Pariwisata berkelanjutan akan menjadi tren yang berkembang pesat, terutama di kalangan Gen Z, di mana liburan merupakan salah satu kebutuhan utama mereka,” ujar Gaery dalam sebuah diskusi di Jakarta yang diselenggarakan oleh GDP Venture pada hari Selasa (30/7).

Menanggapi minat ini, tiket.com sebagai platform travel online terkemuka meluncurkan fitur baru bernama Tiket Green. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk memilih akomodasi yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan. Hingga saat ini, tiket.com menawarkan lebih dari 5.400 akomodasi berkelanjutan yang tersebar di seluruh dunia, termasuk 700 properti di Indonesia yang berada di lokasi-lokasi populer seperti Bali, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur.

“Dengan Tiket Green, kami memberikan kemudahan kepada konsumen untuk memilih akomodasi yang mendukung keberlanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan,” jelas Gaery.

Selain itu, tiket.com juga mendorong agar lebih banyak akomodasi mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan, termasuk pengelolaan air yang bijaksana serta penghematan energi.

Pada kesempatan yang sama, Lisa Widodo, Co-founder dan Chief Operating Officer (COO) dari Blibli, juga turut berbicara mengenai pentingnya bisnis berkelanjutan. Blibli baru-baru ini meluncurkan program Blibli Tiket Action yang berfokus pada penerapan standar tata kelola lingkungan, sosial, dan pemerintahan (ESG). Sebagai informasi, tiket.com telah bergabung dengan Blibli pada 2017 dan resmi menjadi anak perusahaan Blibli pada 2021.

“Dengan Rencana ini, kita menginginkan mendapat tingkat kepercayaan terhadap produk & layanan yang kita berikan, yang mendasarkan pada tujuan keberlanjutan,” kata Lisa.

Blibli juga terus mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan kepada konsumen, salah satunya melalui inisiatif pengelolaan kemasan belanja. Pengguna juga bisa memberikan kembali bungkus seperti kardus dan plastik melalui pengantar Blibli Express Service (BES) yang membawa pesanan kalian.

“Kami berkomitmen untuk menciptakan ekosistem yang mendukung keberlanjutan di Indonesia, mulai dari proses pengemasan hingga pengelolaan sampah,” tutup Lisa.