Tag Archives: Tren Wisata

https://icecassino.net

Prabowo Mau Bali Jadi New Hong Kong, Ini Kata Guru Besar Pariwisata Unud

Presiden Prabowo Subianto berencana mengembangkan Bali dengan konsep seperti “New Singapura” atau “New Hong Kong” melalui pembangunan Bandara Bali Utara di Buleleng. Namun, konsep ini mendapat tanggapan dari Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana, I Putu Anom, yang menilai bahwa Bali tidak harus meniru gaya pembangunan kota seperti Singapura atau Hong Kong.

Anom menjelaskan bahwa Singapura dan Hong Kong adalah negara kota dengan karakteristik gedung pencakar langit dan wisata buatan. Menurutnya, hal ini kurang sesuai dengan identitas Bali yang kaya akan budaya dan alam. Ia menekankan perlunya menyesuaikan pembangunan agar tetap menghargai keunikan dan karakter khas Bali.

“Singapura berbeda dari Bali. Mereka tidak memiliki sumber daya alam atau budaya lokal yang kuat, sehingga fokusnya pada gedung-gedung tinggi dan wisata buatan. Sementara wisatawan datang ke Bali justru karena keindahan alam dan kekayaan budayanya,” ujar Anom.

Anom tetap terbuka terhadap ide pengembangan Bali namun menyarankan agar rencana ini dilakukan secara bertahap dan memperhatikan aspek lokal. Ia menyoroti pentingnya prioritas pada pembangunan infrastruktur dasar terlebih dahulu, seperti Bandara Bali Utara dan pengembangan Pelabuhan Celukan Bawang, untuk mengatasi masalah kemacetan di Bali Selatan dan meningkatkan daya tampung wisatawan.

“Pembangunan bandara dan pelabuhan ini perlu didahulukan. Kemacetan di wilayah selatan sudah menjadi kendala serius, dan Bandara Ngurah Rai sekarang sudah penuh,” katanya.

Anom juga mengingatkan bahwa pembangunan Bandara Bali Utara perlu mempertimbangkan aspek teknis, terutama mengingat kondisi daratan Bali utara yang relatif sempit. Ia menyarankan agar bandara bisa dibangun di atas laut menggunakan tiang pancang, tanpa perlu reklamasi, agar tidak merusak lingkungan sekitar.

“Lahan di Bali utara cukup terbatas, sehingga mungkin bisa dipertimbangkan untuk membangun bandara di atas tiang pancang di laut tanpa melakukan reklamasi, guna menjaga kelestarian lingkungan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Anom mengusulkan agar pengembangan ekonomi Bali tidak hanya berfokus pada pariwisata. Menurutnya, kabupaten dan kota di Bali juga perlu memperkuat sektor-sektor pendukung pariwisata, seperti pertanian, peternakan, dan perikanan, yang bisa menyediakan kebutuhan pariwisata dan menarik wisatawan yang mencari pengalaman alam.

“Sektor produksi lokal yang mendukung pariwisata, seperti pertanian dan peternakan, perlu ditingkatkan. Selain mendukung sektor pariwisata, wisatawan juga akan tertarik melihat proses alami ini,” tambah Anom.

Dengan pendekatan yang mempertahankan identitas lokal dan memperkuat sektor pendukung, Bali diharapkan dapat terus menarik wisatawan tanpa kehilangan karakteristik yang menjadikannya unik.

4o

Tren Wisata 2025 JOMO Liburan Yang Menghindari Keramaian

Pada tahun 2025, tren wisata baru bernama JOMO (Joy of Missing Out) diperkirakan akan menjadi pilihan utama bagi para pelancong. Konsep ini mengedepankan pengalaman liburan yang lebih tenang dan minim keramaian, berbeda dari kecenderungan sebelumnya yang lebih berfokus pada pengalaman sosial. Para pelancong kini mulai mengedepankan kualitas pengalaman dibandingkan kuantitas interaksi sosial.

Setelah beberapa tahun menjalani pembatasan sosial akibat pandemi, banyak orang merasa lelah dengan keramaian dan kebisingan destinasi wisata populer. Mereka lebih memilih destinasi yang sepi untuk merenung dan bersantai. JOMO memberikan kesempatan untuk menikmati keindahan alam, suasana damai, dan waktu berkualitas bersama keluarga atau diri sendiri tanpa gangguan dari kerumunan.

Destinasi yang cocok untuk liburan JOMO biasanya berada di lokasi yang jauh dari pusat keramaian, seperti pantai terpencil, pegunungan, atau desa yang kurang dikenal. Contohnya, pulau-pulau kecil di Indonesia dan area pedesaan di Eropa menjadi pilihan menarik bagi mereka yang ingin menikmati liburan dengan ketenangan maksimal. Selain itu, banyak tempat wisata yang menawarkan pengalaman eksklusif dan privasi lebih.

Melihat potensi tren ini, banyak penyedia layanan wisata mulai menyesuaikan penawaran mereka dengan konsep JOMO. Hotel dan resort kini menawarkan paket liburan yang berfokus pada relaksasi, kesehatan mental, dan aktivitas outdoor yang tidak melibatkan kerumunan. Kegiatan seperti yoga di alam terbuka, hiking, atau retreat meditasi semakin banyak diminati.

Tren JOMO juga diharapkan memberikan dampak positif bagi lingkungan. Dengan mengurangi jumlah wisatawan di lokasi-lokasi populer, stres terhadap lingkungan dapat diminimalisir. Hal ini membuka peluang bagi para pelancong untuk mendukung konservasi alam dan menjunjung tinggi pariwisata berkelanjutan, sehingga manfaatnya terasa tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi lingkungan.

Dengan semakin banyaknya orang yang mencari cara untuk menyegarkan pikiran dan jiwa, JOMO diharapkan menjadi pilihan yang lebih cerdas dalam merencanakan liburan. Tren ini mencerminkan perubahan cara pandang masyarakat terhadap wisata, yang tidak hanya mengejar kesenangan, tetapi juga mencari makna dan kedamaian dalam setiap perjalanan.

Survei Gen Z Dan Generasi Alpha Berpengaruh Kuat Terhadap Tren Wisata

Sebuah survei terbaru yang dirilis pada 9 Oktober 2024 menunjukkan bahwa Gen Z (kelahiran 1997-2012) dan Generasi Alpha (kelahiran 2013 ke atas) memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan tren wisata global. Kedua generasi ini, yang tumbuh dengan teknologi digital, menunjukkan preferensi kuat terhadap pengalaman wisata yang unik, berkelanjutan, dan berbasis teknologi. Mereka cenderung lebih tertarik pada destinasi yang menawarkan petualangan, budaya lokal, serta destinasi ramah lingkungan.

Survei juga mengungkapkan bahwa media sosial memainkan peran penting dalam membentuk preferensi wisata Gen Z dan Alpha. Banyak dari mereka mengandalkan platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube untuk menemukan destinasi yang populer dan menarik. Pengalaman wisata yang “Instagrammable” serta ulasan influencer menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan mereka. Teknologi seperti virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) juga semakin diminati oleh kalangan muda ini dalam merencanakan perjalanan mereka.

Gen Z dan Alpha juga dikenal lebih peduli terhadap dampak lingkungan. Menurut survei tersebut, mereka lebih memilih untuk mengunjungi tempat-tempat yang menerapkan prinsip wisata berkelanjutan, seperti pengurangan sampah plastik, konservasi alam, dan partisipasi dalam upaya pelestarian budaya lokal. Kepedulian ini memengaruhi cara mereka memilih akomodasi, transportasi, dan aktivitas wisata.

Hasil survei ini menunjukkan bahwa pelaku industri pariwisata perlu menyesuaikan strategi pemasaran dan layanan mereka untuk menarik minat kedua generasi ini. Peningkatan penggunaan teknologi, promosi destinasi ramah lingkungan, serta kolaborasi dengan influencer dapat menjadi kunci sukses bagi perusahaan wisata dalam menghadapi tantangan masa depan​.

Melukat Dari Tradisi Menjadi Tren Wisata Healing Di Bali

Bali — Tradisi melukat, ritual penyucian diri yang berasal dari budaya Bali, kini menjadi tren wisata healing yang semakin diminati oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Praktik ini tidak hanya menawarkan pengalaman spiritual, tetapi juga kesehatan mental dan fisik bagi para pengunjung.

Melukat memiliki akar yang dalam dalam budaya Hindu Bali, di mana ritual ini dilakukan di sumber air suci. Para peserta melibatkan diri dalam proses pembersihan diri dari energi negatif dan mendapatkan berkah dari dewa. Saat ini, semakin banyak wisatawan yang tertarik untuk merasakan pengalaman ini, memperdalam pemahaman tentang budaya Bali sekaligus mencari ketenangan jiwa.

Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, banyak wisatawan yang mencari aktivitas yang dapat memberikan efek menenangkan. Melukat pun menjadi pilihan menarik karena menggabungkan spiritualitas dan alam. Beberapa pura di Bali, seperti Pura Tirta Empul dan Pura Ulun Danu Beratan, kini sering dikunjungi oleh para pelancong untuk melaksanakan ritual ini.

Komunitas lokal mendukung tren ini dengan menyediakan layanan melukat yang lebih terstruktur bagi wisatawan. Banyak penyedia jasa yang menawarkan paket lengkap, mulai dari penjelasan tentang makna ritual hingga pengalaman melukat di tempat suci. Hal ini membantu wisatawan memahami dan menghargai budaya Bali secara lebih mendalam.

Meski melukat membawa banyak manfaat, ada tantangan dalam menjaga keaslian dan makna spiritualnya. Pengelola wisata di Bali diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara komersialisasi dan pelestarian tradisi. Dengan pendekatan yang tepat, melukat dapat terus berkembang sebagai salah satu daya tarik wisata yang mendukung kesehatan mental dan spiritual.

Melukat telah bertransformasi dari sekadar tradisi menjadi tren wisata healing yang populer di Bali. Dengan terus menghargai nilai-nilai budaya dan spiritual, diharapkan pengalaman ini dapat memberikan manfaat positif bagi semua pihak yang terlibat.

Yogyakarta Bidik Quality Tourism, Begini Tren Wisata 2024 Menurut Peneliti UGM

Yogyakarta — Pemerintah Yogyakarta berkomitmen untuk mengembangkan sektor pariwisata dengan fokus pada kualitas. Hal ini sejalan dengan tren wisata 2024 yang diungkapkan oleh peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), yang menyatakan bahwa wisatawan semakin mencari pengalaman yang lebih bermakna dan autentik.

Peneliti UGM, Dr. Rina Wulandari, menjelaskan bahwa tren quality tourism akan menjadi fokus utama bagi destinasi wisata di Yogyakarta. “Wisatawan kini lebih memilih pengalaman yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga memberikan nilai edukatif dan sosial. Mereka ingin terlibat langsung dengan budaya lokal,” ujar Rina dalam sebuah seminar pariwisata.

Salah satu contoh implementasi dari tren ini adalah peningkatan program wisata berbasis komunitas. Pemerintah Yogyakarta bersama dengan pelaku industri pariwisata akan mengembangkan paket wisata yang melibatkan masyarakat lokal. Ini bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung kepada wisatawan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Yogyakarta, termasuk kuliner, seni, dan tradisi lokal.

Selain itu, Rina menambahkan bahwa keberlanjutan lingkungan juga menjadi perhatian utama. Wisatawan semakin sadar akan dampak lingkungan dari aktivitas pariwisata. Oleh karena itu, Yogyakarta sedang merancang strategi untuk mempromosikan destinasi ramah lingkungan, termasuk penggunaan energi terbarukan dan pengelolaan limbah yang lebih baik.

Dari segi teknologi, Rina menyoroti pentingnya digitalisasi dalam promosi pariwisata. “Penggunaan platform digital untuk pemasaran dan interaksi dengan wisatawan sangat penting. Ini tidak hanya memudahkan pengunjung, tetapi juga membantu pelaku pariwisata dalam mengelola layanan mereka,” jelasnya.

Dengan berbagai langkah strategis ini, Yogyakarta berharap dapat menarik lebih banyak wisatawan berkualitas pada tahun 2024. Ini tidak hanya akan meningkatkan perekonomian lokal tetapi juga melestarikan budaya dan lingkungan.

Tren Wisata Halal Makin Berkembang Destinasi Tawarkan Sejarah Dan Seni Islam Punya Daya Tarik

Pada 30 September 2024, tren wisata halal terus menunjukkan perkembangan pesat di berbagai belahan dunia. Wisata halal kini tidak hanya mengedepankan aspek kuliner halal, tetapi juga mencakup pengalaman yang lebih luas, seperti destinasi dengan nilai sejarah dan seni Islam. Negara-negara seperti Turki, Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Indonesia menjadi destinasi favorit bagi wisatawan muslim dan non-muslim yang ingin mengeksplorasi keindahan budaya Islam. Wisata halal saat ini dinilai menawarkan pengalaman unik dengan tetap menjaga prinsip-prinsip syariah.

Beberapa destinasi wisata mulai memadukan sejarah dan seni Islam sebagai daya tarik utama. Kota-kota bersejarah seperti Istanbul di Turki, Granada di Spanyol, dan Fez di Maroko menawarkan wisatawan pengalaman yang mendalam tentang peradaban Islam yang berjaya di masa lalu. Pengunjung dapat menyaksikan arsitektur megah, seperti Masjid Sultan Ahmed di Istanbul dan Alhambra di Granada, yang sarat dengan seni ukir dan kaligrafi Islam. Tidak hanya menikmati keindahan visual, wisatawan juga diajak memahami filosofi Islam yang menyatu dalam seni dan arsitektur tersebut.

Fasilitas pendukung wisata halal semakin diperkuat di banyak destinasi, seperti penyediaan tempat ibadah, restoran halal, dan hotel ramah muslim yang memastikan privasi dan kenyamanan wisatawan. Peningkatan fasilitas ini tidak hanya menarik wisatawan muslim, tetapi juga wisatawan global yang menghargai kenyamanan dan ketenangan saat berlibur. Beberapa destinasi juga mulai menawarkan tur khusus yang dirancang untuk menggali lebih dalam warisan budaya Islam di berbagai wilayah.

Melihat tren yang berkembang ini, banyak negara mulai melihat wisata halal sebagai potensi ekonomi yang signifikan. Menurut data terbaru, jumlah wisatawan muslim diprediksi akan terus meningkat, seiring dengan meningkatnya minat terhadap destinasi yang menawarkan nilai spiritual dan budaya. Industri pariwisata global pun mulai beradaptasi dengan tren ini untuk memenuhi permintaan yang semakin besar dari segmen wisata halal.

Orang RI Pecahkan Rekor Pengeluaran Besar Demi Liburan

Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan lonjakan signifikan dalam jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) pada Juli 2024. Menurut data terbaru, wisnus tercatat melakukan 77,24 juta perjalanan bulan lalu, meningkat 4,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Ini menandakan sebuah pencapaian penting, yaitu melampaui angka perjalanan wisatawan sebelum pandemi COVID-19.

Pudji Ismartini, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, menjelaskan bahwa angka perjalanan wisnus yang meningkat ini mencerminkan pemulihan yang kuat dalam sektor pariwisata domestik. “Jumlah perjalanan wisnus sudah melampaui masa sebelum pandemi. Hingga Juli 2024, total perjalanan mencapai 598,72 juta, atau meningkat 18,03% dibandingkan tahun lalu,” ungkap Pudji dalam konferensi pers yang diadakan pada Senin (2/9/2024).

Peningkatan Pengeluaran Wisnus: Tren Positif

Selain jumlah perjalanan, BPS juga mencatat adanya peningkatan signifikan dalam pengeluaran rata-rata wisnus. Pada 2019, pengeluaran rata-rata per perjalanan adalah Rp 960,79 ribu. Namun, angka ini meningkat menjadi Rp 1,55 juta pada 2020, Rp 2,40 juta pada 2021, dan Rp 2,42 juta pada 2022. Pada 2023, rata-rata pengeluaran mencapai Rp 2,57 juta per perjalanan.

“Tren peningkatan ini tidak hanya terlihat pada jumlah perjalanan tetapi juga pada besaran pengeluaran per perjalanan. Ini menunjukkan bahwa wisatawan semakin banyak berbelanja dan berinvestasi dalam pengalaman wisata mereka,” kata Pudji.

Rincian Pengeluaran Wisnus: Akomodasi Menjadi Prioritas

Berdasarkan data BPS, pada tahun 2023, pengeluaran wisatawan paling banyak dialokasikan untuk akomodasi, yaitu sebesar 22,82% dari total pengeluaran. Posisi kedua ditempati oleh angkutan dengan proporsi 20,93%, diikuti oleh makanan dan minuman dengan 17,69%. Pembelian cenderamata menyumbang 9,33%, sementara belanja mencapai 8,24%. Pengeluaran untuk jasa hiburan dan rekreasi adalah 7,28%, dan pengeluaran lainnya berkontribusi sebesar 13,71%.

Tren Destinasi Wisata: Jawa Masih Dominan

Dalam hal destinasi perjalanan, Pulau Jawa tetap menjadi pilihan utama bagi wisatawan nusantara, dengan proporsi mencapai 69,63%. Provinsi Jawa Timur mendominasi sebagai tujuan utama dengan 22,66% dari total perjalanan wisnus. Untuk provinsi luar Jawa, Sumatera Utara menjadi pilihan utama dengan proporsi 4,07%.

Pudji menambahkan, “Jawa terus menjadi pusat utama tujuan wisata, dengan Jawa Timur khususnya menarik perhatian terbanyak. Sementara Sumatera Utara menunjukkan peningkatan sebagai destinasi wisata yang populer di luar Pulau Jawa.”

Kesimpulan: Optimisme dalam Sektor Pariwisata Domestik

Peningkatan jumlah perjalanan dan pengeluaran wisatawan nusantara menunjukkan pemulihan yang solid dalam sektor pariwisata domestik setelah masa-masa sulit akibat pandemi. Dengan tren positif ini, diharapkan bahwa sektor pariwisata akan terus berkembang, membawa manfaat ekonomi yang lebih besar bagi berbagai daerah di Indonesia.

Ke depan, diharapkan bahwa sektor ini akan terus melanjutkan pertumbuhannya, beradaptasi dengan tren terbaru, dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Sementara itu, masyarakat dan pelaku industri pariwisata diharapkan untuk terus mendukung dan memanfaatkan potensi besar yang ada di pasar wisata domestik.