Jogja – Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen yang akan berlaku mulai 1 Januari 2025 menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap sektor pariwisata, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB) menilai, meski ada tantangan, mereka tetap optimis pariwisata di Jogja tidak akan terpengaruh secara signifikan.
Direktur Utama BPOB, Agustin Peranginangin, menjelaskan bahwa kenaikan PPN ini merupakan mandat undang-undang yang harus diikuti oleh pemerintah. Meskipun merasa dilema, ia yakin bahwa langkah-langkah proaktif dari pemerintah dapat menjaga stabilitas kunjungan wisata.
“Kami yakin bahwa kenaikan PPN ini tidak akan mengurangi jumlah kunjungan ke Jogja. Keyakinan ini didasarkan pada inisiatif pemerintah, seperti kemungkinan pemberian insentif khusus untuk sektor pariwisata,” ungkap Agustin, yang akrab disapa Angin, dalam konferensi pers di Kota Jogja, Senin (23/12/2024).
Angin menambahkan, meski belum ada kajian yang mendetail mengenai dampak kenaikan pajak ini terhadap wisatawan, ia berharap beberapa aspek terkait pariwisata tidak terlalu terdampak oleh kebijakan tersebut.
“Harapan kami, tidak semua transaksi akan terkena kenaikan pajak, terutama yang berkaitan langsung dengan pariwisata seperti pembelian tiket transportasi,” ujarnya.
Mengenai program-program yang akan dilaksanakan tahun depan, Angin menyebutkan bahwa BPOB akan meluncurkan program Gerakan Wisata Bersih, sebuah terobosan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Menurutnya, kebersihan di destinasi wisata saat ini masih perlu banyak perbaikan. Masih banyak detail kecil yang sering terabaikan, seperti kondisi toilet dan fasilitas parkir.
“Bu Menteri Pariwisata sering melihat kita gagal dalam hal-hal kecil seperti toilet. Destinasi wisata sudah bagus, tapi toilet dan parkirnya belum memadai,” jelas Angin.
Ia menambahkan bahwa program Gerakan Wisata Bersih akan melibatkan kolaborasi antara industri pariwisata dan industri terkait, termasuk pengolahan sampah.
BPOB telah menyiapkan dua kawasan percontohan untuk program ini, yaitu kawasan sumbu filosofi dari Tugu Pal Putih hingga Malioboro, serta Pantai Parangtritis di Bantul.
“Kita akan fokus di dua kawasan tersebut untuk kegiatan edukasi dan pengelolaan sampah tanpa membutuhkan anggaran baru. Khusus untuk Malioboro, kita perlu memperhatikan tata ruang yang sudah ada dan mengajukannya ke UNESCO,” kata Angin.
Meski ada tantangan, BPOB berkomitmen untuk memperbaiki fasilitas yang ada, termasuk toilet yang dikelola swasta atau melakukan peremajaan ulang.
“Di Parangtritis juga akan kita fokuskan, mengingat sampah plastik bukan hanya berasal dari masyarakat atau wisatawan lokal, tetapi juga dari sungai yang mengalir ke daerah tersebut,” tutup Angin.