Setiap tahun, perusahaan-perusahaan terkemuka dalam industri perjalanan, seperti Airbnb dan Booking.com, memanfaatkan data dari survei, perilaku pengguna, dan pemesanan untuk memprediksi tren wisata yang akan mendominasi tahun depan. Prediksi tahunan ini memberikan gambaran menarik tentang destinasi baru dan alasan mengapa orang memilih untuk menjelajahi dunia.
Menurut Jenny Southan, CEO Globetrender, “Orang cenderung mengikuti tren.” Dunia yang semakin dinamis ini mendorong orang untuk mencari struktur dan panduan dalam perjalanan mereka. Tren ini, menurut Southan, bukan sekadar mode, tetapi cara untuk memahami interaksi manusia dengan dunia yang terus berubah.
Sementara itu, Jasmine Bina, CEO Concept Bureau, mengungkapkan bahwa tren perjalanan menggambarkan keinginan terdalam dari para pelancong. “Orang-orang kini lebih mencari pengalaman yang dapat memberikan transformasi dalam hidup mereka,” ujarnya. Seiring dengan pemulihan industri pariwisata pasca-pandemi, berbagai faktor eksternal, seperti ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, mempengaruhi arah perjalanan di tahun 2025. Meskipun begitu, Bina percaya bahwa banyak orang kini mencari cara untuk mencari kedamaian dan makna lebih dalam melalui perjalanan mereka.
Tren yang muncul pada tahun 2025 mencerminkan harapan akan pengalaman yang lebih mendalam dan penuh makna. Berikut adalah beberapa tren perjalanan yang diprediksi akan berkembang pesat:
1. Wisata Malam yang Memikat
Wisata malam atau noctourism kini semakin populer, dengan para pelancong yang tertarik menjelajahi destinasi di malam hari. Dari mengunjungi museum yang buka hingga larut malam hingga menikmati keindahan alam yang hanya bisa dilihat pada malam hari, seperti pantai yang bersinar dalam gelap berkat bioluminesensi atau fenomena aurora borealis. Lapland di Finlandia dan Kepulauan Lofoten di Norwegia diprediksi menjadi tempat terbaik untuk menyaksikan cahaya utara yang menakjubkan.
2. Eskapisme untuk Merasakan Kedamaian
Di tengah kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan, banyak pelancong yang mencari ketenangan. Konsep “calmcations” menjadi pilihan utama, dengan tujuan untuk memberikan pengalaman liburan yang bebas dari gangguan digital dan kebisingan kota. Di Norwegia, perusahaan pelayaran Havila Voyages menawarkan perjalanan yang dirancang khusus untuk memberikan ketenangan, menjauhkan pelancong dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Resor-resor yang menawarkan kabin tanpa akses internet, seperti Unplugged di Inggris dan Finlandia, juga semakin diminati.
3. Kecerdasan Buatan dalam Perencanaan Perjalanan
Teknologi kecerdasan buatan (AI) akan memainkan peran besar dalam perencanaan perjalanan pada tahun 2025. Dengan bantuan AI generatif, pelancong dapat merencanakan perjalanan mereka dengan lebih efisien. Perusahaan seperti Byway, yang berfokus pada perjalanan lintas negara di Eropa, telah mengembangkan sistem AI untuk menyederhanakan perjalanan. Bahkan di hotel dan bandara, teknologi ini digunakan untuk meningkatkan pengalaman tamu dan efisiensi operasional.
4. Romansa Liburan yang Kembali Meningkat
Setelah berfokus pada hubungan virtual, Generasi Z kini mencari cara untuk bertemu orang baru secara langsung. Liburan akan menjadi kesempatan untuk bertemu dengan sesama pelancong, baik dalam kelompok maupun secara individu. Dengan peningkatan kelelahan digital, banyak yang beralih dari kencan online menuju romansa liburan yang lebih autentik.
5. Destinasi Tersembunyi yang Semakin Populer
Tempat-tempat wisata yang sudah terlalu ramai dengan pengunjung kini memberi ruang bagi destinasi yang lebih terpencil dan jarang dikunjungi. Kota-kota yang lebih kecil, seperti Milton Keynes di Inggris, menjadi alternatif untuk mereka yang ingin menghindari keramaian. Uzbekistan, Zanzibar, dan Madagaskar diprediksi akan menjadi tempat tujuan baru yang sedang naik daun.
6. Safari di Kawasan Sejuk
Perubahan iklim mempengaruhi pilihan destinasi wisata, dengan pelancong yang mulai mencari tempat-tempat yang lebih sejuk. Eropa Utara, khususnya Finlandia dan Norwegia, diperkirakan akan menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin melarikan diri dari suhu panas yang meningkat di Eropa Selatan.
7. Wisata Nostalgia yang Menyentuh Hati
Tren wisata nostalgia semakin populer seiring dengan kebangkitan pariwisata yang terinspirasi oleh kenangan masa lalu. Penggemar musik, seperti tur dunia Taylor Swift, telah membawa dorongan bagi wisatawan untuk mencari pengalaman yang membangkitkan kenangan lama. Misalnya, kamp-kamp musim panas yang mengingatkan pada masa kecil, atau berkemah di lokasi-lokasi ikonik Eropa, akan semakin menarik perhatian di tahun 2025.
Semua tren ini menunjukkan bahwa perjalanan di masa depan akan lebih berfokus pada pengalaman mendalam, baik itu menjelajahi keindahan alam malam hari, mencari ketenangan dari dunia digital, atau menemukan makna dalam kenangan dan hubungan pribadi. Tahun 2025 tampaknya akan menjadi tahun di mana wisatawan berusaha untuk terhubung kembali dengan dunia, alam, dan diri mereka sendiri dengan cara yang lebih otentik dan bermakna.