Category Archives: Cerita Perjalanan

Turis Malaysia yang Alami Kecelakaan di Gunung Rinjani Dinyatakan Meninggal Dunia

Seorang pendaki asal Malaysia yang mengalami kecelakaan di Gunung Rinjani pada hari Sabtu lalu telah dipastikan meninggal dunia. Pria yang dikenal dengan inisial RAG dan bernama lengkap Rennie Bin Abdul Ghani, terjatuh sekitar pukul 13.00 WITA. Gede Mastika, Plt Ketua Tim Evakuasi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, mengonfirmasi bahwa korban meninggal setelah jatuh ke dalam jurang setinggi 100 meter.

“Korban sudah meninggal dunia,” ungkap Gede, sebagaimana dikutip dari detikBali pada Minggu (4/5/2025).

Rennie Bin Abdul Ghani melakukan pendakian ke Gunung Rinjani bersama 23 turis Malaysia lainnya, menggunakan jasa operator tur Juan Adventure. Mereka ditemani empat pemandu dan sembilan porter.

Menurut Gede, tim evakuasi berangkat menuju lokasi kejadian pada malam hari sekitar pukul 20.00 WITA, dan tiba di Air Terjun Penimbungan, Jalur Torean, pada pukul 01.00 WITA keesokan harinya. Proses evakuasi dilanjutkan pada pukul 06.00 pagi.

“Tim gabungan telah bergerak sejak pagi dari lokasi penginapan di Air Terjun Penimbungan menuju lokasi korban terjatuh,” lanjutnya.

Peristiwa ini terjadi ketika korban bersama rombongannya tengah dalam perjalanan turun dari kawasan Danau Segara Anak menuju Torean.

Lalu Muhammad Hilmi, Koordinator Pos SAR Kayangan, mengatakan bahwa berdasarkan informasi dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, korban terjatuh ke jurang dengan kedalaman sekitar 100 meter di jalur Banyu Urip.

“Medan yang terjal dan curam memerlukan peralatan mountaineering khusus untuk proses evakuasi,” kata Hilmi, menambahkan bahwa tim rescue dari Pos SAR Kayangan dan Kantor SAR Mataram telah dikerahkan untuk mengevakuasi korban.

Bali, Destinasi Dunia, Tapi Upah Pekerja Lokal Masih Terbatas

Bali dikenal sebagai destinasi wisata internasional dengan banyaknya resort mewah, restoran berbintang, serta tempat hiburan malam. Namun, di balik kemewahan tersebut, kehidupan para pekerja lokal sangat berbeda.
Upah minimum di Bali masih tergolong rendah dan tidak mampu mengimbangi biaya hidup yang tinggi di kawasan wisata tersebut. Sementara itu, masyarakat Bali memikul tanggung jawab besar untuk mempertahankan tradisi dan budaya yang menjadi daya tarik utama pariwisata di pulau ini.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Ida Bagus Raka Suardana, mengungkapkan bahwa kesenjangan antara upah minimum dan biaya hidup di Bali menjadi masalah yang serius. Hal ini berdampak pada kesejahteraan masyarakat lokal serta menghambat pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.

Untuk tahun 2025, Pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp 2.996.561 per bulan, yang mengalami kenaikan 6,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Raka menjelaskan bahwa biaya hidup di Bali sangat bervariasi, mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 30 juta per bulan, tergantung pada gaya hidup dan lokasi tempat tinggal.

“Untuk pekerja yang hanya mengandalkan UMP, mencukupi kebutuhan dasar saja sudah menjadi tantangan, apalagi di daerah wisata seperti Ubud dan Kuta,” ujar Raka dalam wawancara dengan detikBali pada Jumat (2/5/2025).

Selain masalah upah rendah, sebagian besar pekerja di Bali juga bergantung pada sektor informal dan pariwisata musiman. Hal ini menyebabkan pendapatan mereka tidak tetap dan minim perlindungan jangka panjang.

Raka menambahkan bahwa kebijakan UMP saat ini belum mencerminkan kondisi nyata di lapangan. Ia mendorong pemerintah untuk menerapkan pendekatan yang lebih komprehensif.

“Perlu ada penyesuaian upah yang berbasis pada kebutuhan hidup yang layak, pelatihan untuk sektor informal, serta kebijakan sosial yang mendukung kesejahteraan masyarakat lokal,” katanya.

Raka juga menyoroti ketimpangan dalam distribusi keuntungan pariwisata. Ia mengungkapkan bahwa banyak keuntungan pariwisata justru dinikmati oleh investor besar, baik dari luar daerah maupun luar negeri, sementara masyarakat lokal hanya menduduki posisi dengan upah standar.

“Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang keadilan sosial. Bali mungkin tampil megah di mata dunia, namun masyarakatnya masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar,” ujarnya.

Selain itu, beban ekonomi masyarakat Bali semakin berat karena kewajiban untuk menjaga tradisi dan melaksanakan upacara adat, yang memerlukan biaya besar. Raka menyatakan bahwa pengeluaran tersebut sering kali tidak diperhitungkan dalam kebijakan ekonomi formal.

“UMP Bali 2025 belum memadai untuk mengimbangi kenaikan harga kebutuhan pokok, biaya sewa tempat tinggal, serta biaya upacara adat. Ironisnya, meskipun sektor pariwisata menampilkan kemewahan, banyak pekerjanya yang hidup dalam keterbatasan,” tambahnya.

Serangan di Pahalgam Menghantam Pariwisata, Destinasi Populer Ini Sepi Pengunjung

Serangan yang terjadi di kota resor Pahalgam, Kashmir, yang berada di wilayah yang dikuasai oleh India, telah membuat destinasi wisata di Pakistan terhenti. Biasanya ramai, kini kawasan tersebut terlihat sepi.

Insiden yang terjadi di Pahalgam minggu lalu telah merenggut 26 nyawa, dan India menyalahkan Pakistan atas kejadian tersebut. Namun, Pakistan membantah tuduhan tersebut dengan keras.

Tuduhan tersebut menciptakan ketegangan dan ketakutan, yang memengaruhi sektor pariwisata. Wisatawan kini menghindari salah satu destinasi populer di Pakistan, Lembah Neelum.

Lembah Neelum terletak di wilayah utara Pakistan, yang biasanya menerima sekitar 300.000 wisatawan setiap musim panas. Pemandangan alam yang indah menjadikannya tempat yang banyak dikunjungi, seperti yang dilaporkan oleh Independent UK pada Jumat (2/5).

Namun, letaknya yang hanya kurang dari dua mil dari Garis Kontrol—perbatasan yang memisahkan wilayah Kashmir yang disengketakan—menambah ketegangan. Kedekatannya dengan perbatasan membuat Lembah Neelum sangat rentan terhadap potensi konflik militer, menciptakan kekhawatiran bagi para calon pengunjung.

Dulunya tempat yang damai, Lembah Neelum kini berubah menjadi kawasan yang diliputi kecemasan. Kehidupan masyarakat lokal dan mata pencaharian mereka pun terkena dampak serius.

Rafaqat Hussain, seorang pemilik hotel, mengungkapkan pada Kamis bahwa krisis ini memberikan dampak berat pada industri pariwisata. “Sebagian besar wisatawan telah pergi dan kembali ke tempat asal mereka karena khawatir dengan ancaman perang,” ujarnya.

Sebagai respons terhadap serangan tersebut, pihak berwenang di wilayah Kashmir yang dikuasai India menutup sementara puluhan resor wisata untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun, di sisi Pakistan, tak ada penutupan semacam itu. Pasar di kota perbatasan Chakothi tetap beroperasi meski masyarakat di sana merasa cemas.

“Doa kami adalah untuk kedamaian, karena perang selalu menjadi ancaman bagi warga sipil,” kata Bashir Mughal, pemilik toko di Chakothi, kepada The Associated Press. Ia menambahkan, “Jika terjadi perang, kami akan berjuang bersama tentara.”

Selama periode intensnya penembakan lintas perbatasan, Pakistan pernah membantu warga untuk membangun tempat berlindung di dekat rumah mereka. Namun, dengan populasi yang semakin berkembang, banyak rumah kini yang tidak memiliki perlindungan tersebut.

Mughal memperingatkan, “Jika perang pecah, dampaknya pada warga lokal bisa sangat besar.”

Saiqa Naseer, warga Chakothi, mengenang masa kecilnya yang penuh dengan suara tembakan di perbatasan. “Sekarang, sebagai ibu, saya merasakan ketakutan yang sama,” ujarnya.

Ia masih ingat saat peluru India menghujani lembah yang indah tersebut ketika kedua negara hampir berperang pada tahun 2019. Rumahnya memiliki tempat berlindung, dan jika perang terjadi, ia bertekad untuk tetap tinggal di sana. “Kami tidak akan melarikan diri,” tuturnya.

Dua Wisatawan Jakarta Tewas Tenggelam Usai Terpeleset Saat Berswafoto di Batur Raden

Dua wisatawan asal Jakarta tewas tenggelam di Curug Pinang, Baturraden, diduga setelah terpeleset saat berusaha berswafoto. Kejadian tragis ini menimpa Maulana Ahmad (27) dan Imron Mulyana (26), warga Jakarta Barat, saat mereka sedang liburan di objek wisata tersebut pada Minggu (27/4) sekitar pukul 16.00 WIB.

Menurut laporan dari Plt Kapolsek Baturraden, Iptu Mufid Bayu Aji, ada tiga orang yang terjatuh, namun satu di antaranya berhasil menyelamatkan diri. “Dua orang tidak bisa berenang, sementara satu orang mencoba menolong tapi tidak berhasil, lalu meminta bantuan,” jelas Mufid.

Petugas gabungan dari SAR dan warga setempat segera melakukan upaya evakuasi, namun kedua korban sudah tidak dapat diselamatkan. Dari keterangan saksi, korban awalnya hendak berfoto di atas batu dekat curug, namun tiba-tiba terpeleset dan jatuh ke dalam air. Salah satu teman korban, Nahrowi, yang saat itu sedang menjaga barang di tepi, mendengar suara terjatuh dan langsung berusaha menolong, meskipun tidak berhasil menyelamatkan kedua korban.

Playground Terbesar di PIK 2 Jadi Surganya Penggemar Claw Machines

Kawasan Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2) kini menjadi tujuan wisata keluarga yang banyak diminati. Salah satu daya tarik utama di area ini adalah playground terbesar yang baru dibuka di Entertainment District PIK 2, tepatnya di Blok A6. Cow Play Cow Moo (CPCM) menghadirkan pusat hiburan keluarga dengan lebih dari 200 mesin permainan dan wahana yang seru.

Menurut Daniel Darwin, Direktur Utama Cow Play Cow Moo Indonesia, lokasi ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang mencari hiburan keluarga di luar keramaian pusat kota. Di sini, pengunjung bisa menikmati berbagai permainan arcade terbaru, termasuk tiga atraksi eksklusif yang hanya ada di CPCM PIK 2, seperti Kapal Bajak Laut, Grand Carousel yang Instagramable, dan Kereta Cookie yang lucu. Area permainan yang luas tanpa banyak pilar penghalang dan langit-langit tinggi memberikan kenyamanan lebih saat bermain.

Bagi para penggemar permainan mesin arcade, CPCM PIK 2 juga menyuguhkan mesin Gitadora Drum dari Jepang, yang pertama kali hadir di Indonesia. Selain itu, ada pengalaman seru dengan permainan claw machines yang menawarkan merchandise unik, seperti tas licensed dan mystery box ala blind box.

Dengan konsep yang menarik, CPCM PIK 2 diharapkan menjadi tempat favorit bagi keluarga dan generasi muda, terutama pada akhir pekan untuk menikmati waktu berkualitas dan melepas penat dari rutinitas sehari-hari.

Patung Biawak Wonosobo Dapat Perlindungan Hak Cipta, Menarik Perhatian Kembali

Patung biawak setinggi tujuh meter yang berdiri megah di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Wonosobo kini kembali menarik perhatian publik. Patung tersebut baru saja mendapatkan perlindungan hak cipta dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).

Pada Sabtu (26/4/2025) malam, Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Tengah menyerahkan Surat Pencatatan Ciptaan untuk karya monumental ini kepada sang seniman, Rejo Arianto, dan Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat.

Acara penyerahan berlangsung dengan penuh khidmat di Rumah Dinas Bupati. Kepala Kanwil Kemenkumham Jateng, Heni Susila Wardoyo, menyampaikan bahwa penyerahan ini bertepatan dengan peringatan Hari Kekayaan Intelektual Sedunia.

“Patung Biawak adalah karya yang luar biasa, penuh makna, dan penting bagi masyarakat Wonosobo. Kami merasa penting untuk melindunginya secara hukum,” ujarnya.

“Berhubung dengan peringatan Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, kami ingin memberi apresiasi terhadap karya monumental ini,” tambahnya.

Dengan surat pencatatan tersebut, hak cipta patung ini akan dilindungi selama hidup sang seniman, ditambah 70 tahun setelah beliau meninggal dunia.

Rejo Arianto menyambut baik penghargaan tersebut. Menurutnya, patung biawak bukan hanya merupakan mahakarya pertama, tetapi juga sebagai “persiapan” untuk menciptakan monumen lainnya di Wonosobo.

“Ini adalah penghargaan bagi kami, untuk Bapak Bupati, dan seluruh masyarakat Wonosobo,” kata Rejo.

Bupati Afif Nurhidayat mengucapkan terima kasih kepada Kemenkumham. Ia mengakui bahwa patung biawak kini menjadi kebanggaan warga Wonosobo dan menarik banyak pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia. “Kami berharap karya ini dapat meningkatkan sektor pariwisata Wonosobo,” ujarnya.

Menanggapi antusiasme yang ada, Pemkab Wonosobo berencana untuk terus bekerja sama dengan Rejo Arianto dalam menciptakan lebih banyak karya monumental di masa mendatang.

“Ini baru langkah awal. Ke depan, kami ingin menghadirkan lebih banyak ikon yang menjadi ciri khas Wonosobo,” ujar Afif.

Patung biawak yang mencuri perhatian publik ini tidak hanya karena desainnya yang realistis, tetapi juga terkait dengan anggaran pembangunannya. Patung tersebut dibangun dengan dana yang bersumber dari Corporate Social Responsibility (CSR) melalui Pemerintah Kabupaten Wonosobo, bukan dari Dana Desa. Pembangunannya melibatkan partisipasi masyarakat dan Karang Taruna setempat.

Secara keseluruhan, pembuatan patung ini menghabiskan biaya sekitar Rp 50 juta. Patung biawak tersebut dijadikan sebagai tugu selamat datang karena satwa tersebut mudah dijumpai di daerah tersebut.

Insiden Aneh di Pesawat Southwest Airlines: Penumpang Melepas Pakaian dan Buang Air Besar di Kursi

Kejadian tak terduga terjadi saat pesawat Southwest Airlines mendarat di Chicago. Seorang wanita penumpang melepas semua pakaiannya dan buang air besar di kursinya. Berdasarkan laporan dari New York Post pada Minggu (27/4/2025), insiden tersebut berlangsung pada Sabtu (26/4). Polisi langsung dipanggil ke Bandara Midway Chicago setelah pesawat Southwest Airlines 418 yang datang dari Philadelphia tiba. Kru pesawat melaporkan ada penumpang yang berperilaku aneh.

Seorang sumber yang mengetahui situasi tersebut memberitahu NBC News bahwa penumpang itu menanggalkan pakaiannya dan buang air besar di tempat duduknya. Akibatnya, pesawat tersebut dikeluarkan dari jadwal penerbangan untuk proses pembersihan.

Dalam pernyataannya kepada media, pihak Southwest Airlines menyampaikan, “Tim kami sedang menghubungi para penumpang di dalam pesawat untuk meminta maaf atas kejadian tersebut dan atas kemungkinan keterlambatan perjalanan mereka.”

Pihak maskapai juga menegaskan bahwa keselamatan penumpang dan karyawan adalah prioritas utama mereka, serta menghargai profesionalisme kru penerbangan dalam menangani kejadian tersebut.

Status penumpang tersebut dan langkah selanjutnya masih belum jelas. Menurut pakar, tindakan tersebut tidak dapat langsung dianggap sebagai perilaku sembrono. Seperti yang dijelaskan oleh BBC, membuka pakaian atau buang air di pesawat bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor fisik, mental, atau situasi yang dialami penumpang selama penerbangan.

Salah satu penyebab yang mungkin adalah gangguan kesehatan, terutama pada penumpang usia lanjut. Misalnya, delirium bisa terjadi akibat perubahan lingkungan yang tiba-tiba, dehidrasi, atau efek samping obat-obatan, yang dapat menyebabkan kebingungan dan perilaku yang tidak terkontrol, seperti melepas pakaian atau melakukan hal-hal yang tidak biasa selama penerbangan.

Selain faktor fisik, kesehatan mental juga berperan. Banyak penumpang yang memiliki kecemasan atau riwayat serangan panik merasa lebih tertekan dalam penerbangan, khususnya dalam ruang terbatas selama perjalanan panjang.

Pengaruh obat-obatan atau konsumsi alkohol juga bisa memperburuk perilaku semacam ini. Efek samping obat atau alkohol dapat menurunkan kesadaran dan kontrol diri, yang bisa menyebabkan perilaku yang tidak biasa, seperti melepas pakaian atau buang air di kursi.

Selain itu, kondisi penerbangan juga bisa menjadi faktor. Fasilitas terbatas di pesawat, seperti toilet yang sempit dan antrian panjang, sering kali membuat penumpang merasa terdesak untuk buang air.

Keuntungan Pulau Untung Jawa Berkat Tren Pembayaran Digital QRIS di Kalangan Turis

Kini, liburan tanpa menggunakan uang tunai semakin populer di kalangan wisatawan. Banyak pelancong, baik domestik maupun asing, lebih memilih untuk melakukan pembayaran secara digital di berbagai destinasi wisata.

Eva, seorang ibu dengan dua anak yang tinggal di Pulau Untung Jawa, salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu, menjalankan usaha warung sembako yang diberi nama Warung Qnoy. Nama warung ini berasal dari julukan untuk anak pertamanya, Vino.
Sebagai penduduk asli pulau, Eva memanfaatkan digitalisasi untuk mempermudah usahanya.

Sejak bergabung dengan BRILink dan menjadi nasabah BRI, Eva mendapatkan kemudahan dengan adanya sistem pembayaran QR Code yang mempermudah transaksi di warungnya. Warung yang dikelolanya menyediakan berbagai cemilan dan minuman ringan, serta jus buah, dengan harga yang bervariasi. Cemilan dijual sekitar Rp 5.000 hingga Rp 12.000 untuk wisatawan lokal, dan Rp 15.000 bagi wisatawan asing.

Eva mengungkapkan bahwa sejak pertama kali membuka warung pada tahun 2010, mayoritas pelanggannya adalah wisatawan, baik domestik maupun internasional. Para turis asing, menurutnya, sangat suka membeli minuman ringan.

Transformasi digital juga mulai dirasakan oleh para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Untung Jawa. Eva mengatakan, banyak dari mereka yang kini lebih memilih menggunakan QR Code untuk bertransaksi dibandingkan dengan membayar menggunakan uang tunai.

Menurut Eva, QR Code ini dapat menerima pembayaran dari semua bank, yang membuat transaksi lebih praktis dan aman. Salah satu manfaat besar dari pembayaran digital adalah menghindari uang palsu. Eva menceritakan pengalaman buruknya ketika ia memasukkan uang ke dalam setor tunai di BRI Tangerang, namun uang tersebut tidak masuk ke dalam sistem. Setelah memeriksanya, ia mendapati uang tersebut ternyata palsu. Sejak menggunakan QRIS, ia tidak pernah lagi mengalami masalah serupa.

Pernyataan Eva ini juga mendapat apresiasi dari Profesor Azril Azhari, seorang pengamat pariwisata. Ia mengungkapkan bahwa penggunaan pembayaran digital ini membantu mengurangi peredaran uang palsu yang sering meresahkan wisatawan dan masyarakat. Ia juga menyarankan agar bank dan kepolisian setempat dapat bekerja sama untuk memverifikasi uang yang beredar di tempat wisata guna menciptakan lingkungan yang lebih aman.

Dengan adanya kolaborasi antara bank dan aparat kepolisian, tantangan dalam hal keamanan dan kenyamanan wisatawan dapat teratasi dengan lebih baik.

Liburan yang Diselamatkan: Wisatawan RI Luput dari Tragedi Pahalgam karena Perubahan Jadwal

Seorang wisatawan Indonesia berbagi pengalaman saat berlibur di Kashmir. Dia dan rombongan hampir terlibat dalam tragedi penembakan yang terjadi di Pahalgam, namun mereka berhasil menghindar dari kejadian tersebut. Cerita ini dibagikan oleh Dewi Gustiana melalui akun Facebook-nya. detikTravel telah menghubungi dan mendapat izin untuk membagikan kisahnya.

Peristiwa penembakan tragis di Pahalgam terjadi pada Selasa, 22 April 2025, yang menewaskan 26 orang, mayoritasnya adalah wisatawan.

Pahalgam, yang dikenal sebagai destinasi wisata populer, sering disebut “The Little Swiss.” Terletak di kaki pegunungan Himalaya, kota ini berada di wilayah Anantnag, Jammu dan Kashmir, India.

“Dalam peristiwa itu, kami diselamatkan oleh perubahan jadwal. Pada saat penembakan terjadi, kami sedang berada di titik pertama Cable Car di Gulmarg, yang letaknya juga di kaki pegunungan Himalaya, dekat dengan Pahalgam,” tulis Dewi di Facebook-nya.

“Seharusnya kami berada di Pahalgam saat kejadian tersebut, namun karena kami mendapat jadwal VIP untuk naik cable car pada 22 April, tour leader memutuskan untuk mengganti rute dan membawa kami ke Gulmarg terlebih dahulu, baru besoknya ke Pahalgam,” jelas Dewi.

“Syukur Alhamdulillah, Allah melindungi kami dengan perubahan jadwal yang membawa kami selamat dari tragedi itu,” tambahnya.

Gulmarg, yang juga dikenal dengan nama Gulmarag, adalah sebuah kota wisata, tempat ski, dan stasiun bukit yang terletak di distrik Baramulla, Kashmir Utara, wilayah Jammu dan Kashmir yang juga merupakan kawasan yang dipersengketakan.

Dewi, yang pertama kali berkunjung ke Kashmir, mengungkapkan bahwa suasana di Gulmarg pada hari itu cukup tidak aman. Ketika sedang makan siang, dia melihat banyak helikopter militer berputar-putar di sekitar area.

“Saya bertanya mengapa helikopter-helikopter itu terus berkeliling, dan tour leader lokal kami, Nasir, mengatakan itu bukan helikopter militer, melainkan helikopter sewaan,” ungkap Dewi menirukan penjelasan Nasir.

Ternyata, Nasir sudah mengetahui tentang tragedi yang terjadi beberapa menit sebelumnya, namun dia tidak ingin menambah kepanikan pada rombongan. Dia pun segera mengajak rombongan turun lebih awal dengan alasan cuaca buruk. Padahal sebelumnya, mereka berencana untuk melanjutkan perjalanan naik cable car ke tahap berikutnya. “Saat kami turun dan menuju pintu keluar, kami melihat puluhan mobil tentara memasuki gerbang tempat naik gondola di Gulmarg,” jelas Dewi.

“Kami dalam kondisi aman. Jangan khawatir, kami tidak terjebak dalam peristiwa tersebut karena semuanya baik-baik saja,” ujarnya.

Judul: Makam Syekh Mahmud di Barus: Bukti Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia

Di Indonesia, terdapat sebuah makam bersejarah yang menjadi saksi bisu penyebaran Islam di Tanah Air, yakni makam Syekh Mahmud bin Abdurrahman bin Muadz bin Jabal. Terletak di Barus, Sumatera Utara, makam ini diperkirakan berasal dari sekitar tahun 678 Masehi. Barus sendiri merupakan kota yang kaya akan sejarah, terutama dalam perdagangan internasional yang juga menjadi titik awal bagi penyebaran Islam di Indonesia.

Syekh Mahmud datang ke Indonesia pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, membawa ajaran Islam sembari berdagang. Dikenal sebagai seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Syekh Mahmud memilih Barus sebagai tempat berdakwah. Makamnya yang terletak di puncak bukit, panjangnya sekitar 8 meter, dan dikelilingi bebatuan yang bertuliskan hadis-hadis Rasulullah, termasuk ajaran penting tentang silaturahmi dan dakwah.

Sebagai salah satu kota perdagangan tertua di Indonesia, Barus dahulu memiliki hubungan perdagangan yang luas dengan berbagai negara, yang turut memperkenalkan Islam ke wilayah ini. Syekh Mahmud wafat pada usia 51 tahun dan dimakamkan di sana, meninggalkan jejak yang penting dalam sejarah penyebaran agama Islam. Hingga kini, makamnya tetap menjadi salah satu situs sejarah yang mengingatkan kita akan perjalanan panjang agama Islam di Indonesia, lebih dari 400 tahun sebelum kedatangan Belanda.