Tag Archives: Pariwisata

https://icecassino.net

Kunjungan 25 Duta Besar di Mataram: Peluang Diplomasi dan Promosi Potensi Lokal

Kota Mataram bersiap menyambut kunjungan kerja 25 duta besar negara sahabat yang dijadwalkan akan hadir di Pulau Lombok pada 8 hingga 9 Mei 2025. Kunjungan ini difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi NTB dan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia sebagai bagian dari upaya diplomasi dan promosi potensi lokal Kota Mataram.

Sekretaris Daerah Kota Mataram, Lalu Alwan Basri, menyatakan bahwa kegiatan para duta besar ini akan mencakup kunjungan ke sejumlah lokasi strategis di Mataram, termasuk eks Pelabuhan Ampenan, Museum NTB, NTB Mall, dan Islamic Center. Selama dua hari tersebut, sebagian besar kegiatan akan berlangsung di wilayah Kota Mataram.

Para duta besar yang berasal dari negara-negara seperti Turki, Belanda, dan negara sahabat lainnya dijadwalkan menginap di kawasan Senggigi, Lombok Barat, sementara Mataram akan menjadi pusat perhatian sebagai etalase budaya dan transformasi perkotaan NTB.

Pemerintah Kota Mataram telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, seperti yang dilakukan pada kunjungan pejabat tinggi negara sebelumnya. Alwan menekankan pentingnya pemberian informasi kepada masyarakat agar tercipta suasana yang kondusif, bersih, dan aman selama kunjungan tersebut.

Salah satu sorotan utama dari kunjungan ini adalah revitalisasi eks Pelabuhan Ampenan yang kini menjadi ikon baru kota. Kawasan ini diharapkan bisa menarik perhatian para duta besar dan membuka peluang untuk kerja sama investasi serta promosi pariwisata.

Kunjungan ini juga dianggap sebagai kesempatan emas untuk membangkitkan ekonomi lokal pasca-pandemi dan mendorong peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara. Kegiatan ini menjadi jembatan diplomasi budaya yang dapat memberikan eksposur positif bagi pariwisata dan ekonomi lokal Mataram.

Mataram Siap Jadi Pusat Pariwisata dengan Pekan Raya Mataram dan Inovasi Baru

Dinas Pariwisata Kota Mataram terus berinovasi untuk meningkatkan kunjungan wisata ke kota ini dengan menggelar berbagai acara pariwisata berskala nasional. Salah satu inisiatif penting adalah pemanfaatan bekas Bandara Selaparang di Rembiga yang kini menjadi pusat kegiatan ekonomi kreatif dan hiburan. Salah satu acara unggulan yang dihadirkan adalah Pekan Raya Mataram (PRM), yang bertujuan tidak hanya sebagai hiburan bagi masyarakat tetapi juga sebagai wadah bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Acara ini melibatkan UMKM dari seluruh Indonesia, memungkinkan produk-produk unggulan Nusantara diperkenalkan ke masyarakat luas.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram, DR. Cahya Samudra, berharap PRM dapat menjadi ikon baru dalam kalender pariwisata Mataram. Dengan lokasi strategis di pusat kota, bekas Bandara Selaparang memiliki potensi besar untuk dijadikan pusat kegiatan tahunan, mirip dengan Pekan Raya Jakarta. Selain itu, Dispar Kota Mataram juga telah menyiapkan kalender pariwisata 2025 dengan 15 acara berskala nasional, termasuk acara besar di Pantai Ampenan, untuk memperkenalkan destinasi wisata Kota Mataram.

Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan hingga mencapai 800 ribu orang pada tahun 2025. Dispar juga melakukan promosi secara masif melalui digital dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Mataram berharap bisa menjadi kota dengan kegiatan yang terus hidup, dari seni, budaya, hingga ekonomi kreatif, yang tentunya akan menguntungkan UMKM dan industri kreatif di kota ini.

Denpasar Masuk Daftar Kota Wisata Terbaik Dunia, Upaya Pembenahan Terus DilakukanDenpasar

Bali berhasil masuk sebagai satu-satunya kota wisata terbaik dunia dari Indonesia tahun ini, namun hal itu tak membuatnya berpuas diri. Pulau Dewata tetap berkomitmen untuk terus berbenah.

Denpasar, ibu kota Provinsi Bali, menempati peringkat ke-94 dalam daftar 100 Kota Wisata Terbaik Dunia 2024. Lima kota teratas dalam daftar tersebut adalah Paris, Madrid, Tokyo, Roma, dan Milan. Peringkat ini ditentukan berdasarkan faktor seperti perkembangan ekonomi, infrastruktur pariwisata, serta daya tarik wisata yang dimiliki masing-masing kota.

“Penghargaan ini justru menjadi pemacu bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas,” ujar Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara saat ditemui di Lapangan Lumintang, Denpasar, Bali, pada Sabtu (1/3/2025).

Meski mendapat pengakuan internasional, Jaya Negara menegaskan bahwa Denpasar masih perlu melakukan banyak pembenahan, terutama dalam pengelolaan sampah dan perbaikan tata kota.

Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar berencana untuk menata kawasan heritage tahun ini, khususnya di sepanjang Jalan Gajah Mada Denpasar hingga Lapangan Puputan Badung. Harapannya, langkah ini dapat semakin menghidupkan wisata kota atau city tour di Denpasar.

“Kami sebenarnya sudah lama ingin mengembangkan city tour, tetapi belum terealisasi sepenuhnya. Oleh karena itu, kami akan terus berupaya mewujudkannya,” tambah politikus PDIP tersebut.

Lebih lanjut, Jaya Negara menyebut bahwa kawasan Sanur masih menjadi prioritas utama dalam pengembangan pariwisata di Denpasar. Menurutnya, kawasan ini memiliki fasilitas yang lebih lengkap, mulai dari atraksi wisata, akomodasi, hingga akses transportasi.

“Kami juga ingin mengembangkan desa wisata seperti Teba Majelangu agar bisa menjadi alternatif destinasi, sehingga pariwisata tidak hanya berpusat di Sanur,” pungkasnya.

Efisiensi Anggaran, Kemenpar Tetap Penuhi Target Pariwisata 2025

Pada Rabu (12/2/2025), Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI di Gedung Nusantara I, DPR RI, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, Kemenpar mengumumkan penerimaan pagu anggaran 2025 setelah proses efisiensi dilakukan. Penyesuaian anggaran ini bertujuan untuk memastikan bahwa penggunaan dana sektor pariwisata tetap optimal, tanpa mengorbankan pencapaian target yang telah ditetapkan.

Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, menegaskan bahwa meskipun terjadi efisiensi, Kemenpar tetap berkomitmen menjalankan berbagai program unggulan. Program-program ini antara lain mencakup Gerakan Wisata Bersih, digitalisasi pariwisata melalui Tourism 5.0, serta pengembangan event berbasis Intellectual Property (IP) Indonesia. Selain itu, penguatan Desa Wisata juga menjadi bagian dari fokus utama untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia.

Sektor pariwisata Indonesia 2025 tetap difokuskan pada beberapa target utama, seperti peningkatan kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan devisa negara, serta peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Penguatan tenaga kerja dan pencapaian peringkat di Travel and Tourism Development Index juga menjadi prioritas penting bagi Kemenpar.

Widiyanti menambahkan bahwa efisiensi anggaran bukan berarti menurunkan kualitas atau kinerja sektor pariwisata. Sebaliknya, hal ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan efektivitas dan mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak terkait, seperti pemerintah daerah, BUMN, dan sektor swasta. “Kami berkomitmen untuk tetap mencapai target meskipun dengan anggaran yang lebih efisien. Kami ingin memastikan setiap rupiah yang digunakan memberikan dampak maksimal untuk sektor pariwisata,” ujar Widiyanti dalam rilis resminya pada Sabtu (15/2/2025).

Sebagai bagian dari efisiensi ini, Kemenpar akan mengoptimalkan anggaran operasional, yang mencakup pengurangan biaya rapat dan perjalanan dinas. Meski demikian, operasional utama Kemenpar tidak akan terganggu. Widiyanti juga menekankan pentingnya peningkatan kolaborasi dengan duta besar Indonesia di berbagai negara untuk mempromosikan pariwisata Indonesia lebih luas.

Lebih lanjut, Kemenpar mendorong para investor untuk berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus dan badan otorita pariwisata, yang diharapkan akan memperkuat pertumbuhan sektor ini ke depannya.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Lamhot Sinaga, mengungkapkan bahwa efisiensi anggaran harus menjadi pendorong kinerja kementerian dan lembaga. “Efisiensi ini bukan soal pemotongan anggaran, melainkan bagaimana mengoptimalkan sumber daya yang ada,” ujarnya. Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Evita Nursanty, juga mengingatkan agar efisiensi anggaran tidak mengubah target program kerja Kemenpar. “Kami berharap sektor pariwisata Indonesia dapat terus meningkatkan indeks kinerja kepariwisataan pada tahun 2025,” ujarnya.

Dengan langkah-langkah strategis ini, Kemenpar berharap efisiensi anggaran justru dapat memperkuat sektor pariwisata Indonesia dan membuatnya semakin bersaing di kancah global.

Tantangan Baru! Menakar Daya Tahan Industri Pariwisata Indonesia di Tengah Kenaikan PPN 12%

Jakarta – Pemerintah Indonesia akan menerapkan kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 1 Januari 2025, yang menimbulkan kekhawatiran di berbagai sektor, salah satunya pariwisata. Sebagai salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi COVID-19, pariwisata kini dihadapkan pada tantangan besar yang bisa memperlambat laju pemulihan sektor ini.

Pahami Dampak Kenaikan PPN terhadap Pariwisata

Peningkatan PPN dari 11% menjadi 12% berpotensi menurunkan daya beli masyarakat, khususnya bagi segmen kelas menengah ke bawah, yang selama ini menjadi basis utama wisatawan domestik. Sebagai akibatnya, pariwisata, yang sebelumnya dianggap sebagai kebutuhan utama untuk relaksasi, berisiko menjadi pilihan sekunder bagi masyarakat. Masyarakat cenderung akan menunda perjalanan atau mencari alternatif wisata yang lebih ekonomis.

Selain itu, dampak kenaikan PPN ini bisa memengaruhi seluruh ekosistem pariwisata, mulai dari transportasi, akomodasi, restoran, hingga sektor terkait seperti penyedia barang souvenir. Kenaikan harga yang ditimbulkan akan mempengaruhi minat wisatawan domestik untuk berkunjung ke destinasi wisata.

Perbedaan Beban Pajak: Menyoroti Ketimpangan di Sektor Pariwisata

Sektor pariwisata memiliki mekanisme pajak yang berbeda dibandingkan industri lainnya. Untuk memperjelas dampaknya, berikut ilustrasi perbedaan beban pajak antara sektor industri umum dan sektor pariwisata:

Industri Umum: Sebuah perusahaan yang membeli bahan baku seharga Rp 1.000 dan dikenakan PPN 12% akan membayar PPN sebesar Rp 120. Setelah diproses dan dijual seharga Rp 2.000, perusahaan dikenakan PPN 12% lagi, yakni Rp 240. Maka, PPN yang dibayar adalah selisih antara PPN Keluaran dan PPN Masukan, yaitu Rp 240 – Rp 120 = Rp 120.

Industri Pariwisata (Hotel dan Restoran): Restoran yang membeli bahan baku seharga Rp 1.000 dan dikenakan PPN Masukan sebesar Rp 120. Setelah itu, produk dijual seharga Rp 2.000 ditambah biaya service charge 10%, sehingga total harga menjadi Rp 2.200. Pajak hotel dan restoran sebesar 10% dari total harga ini (Rp 220) tidak dapat dikompensasikan. Akhirnya, total pajak yang dibayar adalah Rp 120 (PPN Masukan) + Rp 220 (Pajak Hotel dan Restoran) = Rp 340, yang pada gilirannya membebani konsumen dengan harga yang lebih mahal.

Potensi Dampak Negatif Kenaikan PPN untuk Pariwisata

  1. Penurunan Daya Saing dengan Negara Tetangga: Negara-negara dengan beban pajak yang lebih rendah akan lebih menarik bagi wisatawan, terutama wisatawan mancanegara.
  2. Penurunan Permintaan Wisata Domestik: Kenaikan biaya dapat membuat wisatawan domestik, terutama yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, beralih ke liburan yang lebih terjangkau atau bahkan menunda perjalanan.
  3. Tekanan pada Rantai Pasokan: Industri pendukung seperti transportasi, UMKM penyedia bahan baku, serta atraksi wisata akan turut terdampak, yang berisiko memperburuk tekanan ekonomi di daerah-daerah yang bergantung pada sektor pariwisata.
  4. Pemutusan Hubungan Kerja: Penurunan permintaan dapat memaksa perusahaan untuk melakukan restrukturisasi, yang dapat menyebabkan pengurangan tenaga kerja dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Solusi untuk Menghadapi Dampak Kenaikan PPN

  1. Insentif Pajak untuk Industri Pariwisata: Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk memberikan insentif fiskal, seperti pengurangan Pajak Hotel dan Restoran sementara, agar sektor pariwisata tidak terpuruk.
  2. Dukungan untuk UMKM Pariwisata: UMKM yang menjadi pilar utama industri pariwisata perlu mendapatkan akses yang lebih mudah ke pinjaman lunak dan program bantuan agar bisa bertahan.
  3. Promosi Wisata Domestik: Kampanye promosi pariwisata domestik yang mengedepankan paket wisata terjangkau bisa menjadi salah satu langkah untuk mengurangi dampak kenaikan PPN.
  4. Penyesuaian PPN Bertahap: Alih-alih langsung menaikkan PPN menjadi 12%, penerapan kenaikan bertahap bisa memberikan kesempatan bagi industri pariwisata untuk menyesuaikan diri.
  5. Kolaborasi dengan Sektor Swasta: Kolaborasi dengan sektor swasta dalam pengembangan infrastruktur dan peluncuran program loyalitas wisata dapat membantu mempertahankan daya tarik destinasi wisata Indonesia.

Masa Depan Pariwisata Indonesia: Tantangan dan Harapan

Pariwisata Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang, mengingat kontribusinya yang signifikan terhadap perekonomian negara, baik dari sisi pendapatan devisa maupun penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, kebijakan kenaikan PPN harus dipertimbangkan dengan hati-hati agar tidak merusak daya saing Indonesia sebagai destinasi wisata utama.

Dengan kebijakan yang bijaksana dan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, sektor pariwisata Indonesia dapat terus tumbuh meskipun di tengah tantangan kenaikan pajak. Pemerintah perlu memastikan kebijakan fiskal yang diambil tidak menjadi penghalang bagi ambisi Indonesia untuk menjadi destinasi wisata dunia yang unggul.

4 Tren Perjalanan Gen-Z dan Cara Mereka Menikmati Pariwisata

Generasi Z, yang lahir antara 1997 dan 2012, telah membawa perubahan signifikan dalam dunia pariwisata. Salah satu tren utama yang mereka ciptakan adalah pemanfaatan teknologi dalam merencanakan dan menikmati perjalanan. Dengan smartphone sebagai alat utama, Gen-Z lebih memilih menggunakan aplikasi perjalanan, seperti Google Maps, platform pemesanan hotel, dan media sosial untuk menemukan destinasi baru. Mereka juga lebih suka berbagi pengalaman perjalanan secara langsung di platform seperti Instagram dan TikTok.

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung berfokus pada destinasi wisata populer, Gen-Z lebih mengutamakan pengalaman unik dan otentik. Mereka memilih perjalanan yang menawarkan pengalaman budaya lokal, petualangan ekstrem, atau kegiatan yang berhubungan dengan keberlanjutan lingkungan. Contohnya, menginap di eco-lodge, berpartisipasi dalam wisata komunitas, atau trekking di tempat yang jarang dijamah turis. Bagi mereka, perjalanan adalah tentang pencarian pengalaman baru yang bisa dibagikan kepada orang lain.

Tren lain yang mencolok di kalangan Gen-Z adalah kepedulian terhadap keberlanjutan dan dampak lingkungan dari perjalanan mereka. Banyak dari mereka yang memilih destinasi ramah lingkungan dan mendukung bisnis pariwisata yang berkelanjutan. Mereka lebih cenderung memilih transportasi yang ramah lingkungan, seperti kereta api atau bus, serta akomodasi yang memiliki sertifikasi hijau dan praktik ramah lingkungan.

Gen-Z dikenal dengan kecenderungannya mencari perjalanan yang terjangkau namun tetap seru dan penuh petualangan. Mereka lebih memilih perjalanan dengan anggaran terbatas, seperti backpacking, menginap di hostel, atau menggunakan layanan berbagi penginapan seperti Airbnb. Fleksibilitas juga menjadi kunci, karena mereka lebih memilih perjalanan spontan tanpa terlalu banyak perencanaan sebelumnya, memanfaatkan penawaran dan promo yang tersedia di platform online.

Inilah Berbagai Ulasan Mengapa Bali Menjadi Tempat Rekomendasi Destinasi Wisata Ternyaman

Siapa bilang liburan yang seru harus jauh-jauh ke luar negeri? Terkadang, kita terlalu terjebak dalam anggapan bahwa destinasi terbaik ada di luar sana, padahal di dalam negeri sendiri banyak tempat yang tidak kalah menarik. Menghabiskan waktu untuk merencanakan perjalanan ke luar negeri bisa bikin cape, mulai dari urusan visa, tiket pesawat, hingga akomodasi. Kenapa tidak mencoba alternatif yang lebih dekat dan lebih menyenangkan?

Salah satu alternatif yang patut dicoba adalah Lembah Desa Pulutan di Gunung Kidul. Tempat ini menawarkan suasana yang asri dan tenang, jauh dari keramaian kota. Di sini, kamu bisa merasakan kehangatan masyarakat lokal yang ramah dan menikmati keindahan alam yang masih alami. Siapa tahu, kamu bisa menemukan kebahagiaan di tengah kesederhanaan desa yang memikat ini!

Gunung Kidul terkenal dengan pesonanya yang menawan, dan Lembah Desa Pulutan adalah salah satu permata tersembunyi di sana. Dengan pemandangan pegunungan yang hijau dan udara sejuk, tempat ini menjadi pelarian sempurna dari kesibukan sehari-hari. Cobalah untuk menjelajahi setiap sudutnya, dan kamu akan menemukan bahwa keindahan alam Indonesia tidak kalah dengan destinasi luar negeri.

Lembah Desa Pulutan juga menawarkan berbagai kegiatan rekreasi yang seru! Mulai dari trekking, bersepeda, hingga bercengkerama dengan warga lokal. Kamu bisa belajar tentang budaya dan tradisi mereka sambil menikmati keindahan alam. Pastinya, ini adalah pengalaman yang tak akan terlupakan!

Jadi, jika kamu merasa cape dengan rencana liburan yang rumit, kenapa tidak mencoba Lembah Desa Pulutan? Dengan suasana yang adem dan menenangkan, tempat ini adalah alternatif sempurna untuk melepas penat. Ayo, siapkan tasmu dan nikmati petualangan seru di negeri sendiri!

Tren Pariwisata 2024 Kembali Berkunjung dengan Fokus pada Keberlanjutan dan Pengalaman Autentik

Tahun 2024 menandai kebangkitan sektor pariwisata setelah periode sulit yang dialami akibat pandemi. Para pelancong kini kembali menjelajahi destinasi favorit mereka, tetapi dengan pendekatan yang lebih sadar akan lingkungan dan keinginan untuk merasakan pengalaman yang lebih autentik. Tren-tren baru ini menjadi sorotan utama dalam industri pariwisata global.

Salah satu tren terbesar adalah fokus pada pariwisata berkelanjutan. Banyak destinasi wisata, hotel, dan operator tur mulai menerapkan praktik ramah lingkungan, seperti penggunaan energi terbarukan, pengurangan limbah plastik, dan pelestarian budaya lokal. Pelancong semakin memilih akomodasi yang memiliki sertifikasi keberlanjutan, serta aktivitas yang mendukung konservasi alam. Misalnya, destinasi-destinasi seperti Bali dan Costa Rica telah mengadopsi strategi untuk menarik wisatawan yang peduli lingkungan, dengan menawarkan paket wisata yang mengedukasi tentang pelestarian ekosistem lokal.

Selain itu, pengalaman autentik juga menjadi daya tarik utama bagi pelancong. Banyak orang kini lebih memilih untuk terlibat langsung dengan komunitas lokal dan budaya, daripada sekadar menikmati atraksi wisata umum. Aktivitas seperti tur kuliner, workshop seni, dan kunjungan ke desa tradisional semakin populer. Wisatawan ingin merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat, serta mempelajari tradisi dan kebiasaan yang ada. Misalnya, di Thailand, banyak wisatawan yang memilih untuk belajar memasak masakan lokal atau ikut serta dalam upacara keagamaan.

Digitalisasi juga membawa perubahan signifikan dalam cara orang merencanakan perjalanan. Aplikasi dan platform online yang menawarkan informasi real-time, reservasi akomodasi, dan rekomendasi tempat wisata semakin banyak digunakan. Selain itu, penggunaan teknologi augmented reality (AR) dalam aplikasi pariwisata mulai muncul, memberikan informasi tambahan kepada pengunjung tentang sejarah dan budaya tempat yang mereka kunjungi.

Tren lain yang juga berkembang adalah pariwisata kesehatan dan kebugaran. Setelah pandemi, banyak orang yang menyadari pentingnya kesehatan fisik dan mental. Destinasi-destinasi seperti pusat spa dan retreat kesehatan semakin diminati, dengan menawarkan program detoksifikasi, yoga, dan meditasi. Selain itu, banyak resor yang mulai mengintegrasikan kegiatan kebugaran dalam paket liburan mereka, memberikan pengalaman yang menyeluruh bagi pelancong.

Tak ketinggalan, pariwisata petualangan juga semakin diminati. Wisatawan yang mencari tantangan baru kini memilih aktivitas seperti hiking, bersepeda, dan selancar di lokasi-lokasi yang masih alami. Destinasi-destinasi dengan keindahan alam yang spektakuler, seperti pegunungan, pantai, dan hutan, menjadi pilihan utama bagi para pencinta petualangan.

Dengan adanya tren-tren ini, industri pariwisata diharapkan dapat tumbuh dengan cara yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan. Para pelaku industri diharapkan dapat beradaptasi dengan perubahan perilaku pelancong dan memberikan pengalaman yang lebih bermakna. Melihat ke depan, tahun 2024 akan menjadi tahun yang menarik bagi sektor pariwisata, di mana keberlanjutan dan pengalaman autentik menjadi kunci untuk menarik minat wisatawan di seluruh dunia.

Konferensi Pariwisata Indonesia 2024: Pertama di Bali

Indonesia Quality Tourism Conference (IQTC) akan digelar pertama kalinya pada 29-30 Agustus 2024 di Bali, menandai langkah penting dalam upaya memajukan sektor pariwisata tanah air.

Konferensi ini diselenggarakan menyusul peningkatan signifikan dalam indeks pariwisata global Indonesia, yang naik dari peringkat ke-32 menjadi ke-22 dari 119 negara.

Peningkatan ini menunjukkan kemajuan pesat Indonesia dalam sektor pariwisata internasional.

Odo Manuhutu, Deputi Bidang Koordinator Parekraf Kemenko Marves, mengungkapkan bahwa IQTC 2024 akan menjadi langkah awal dalam memperkenalkan konsep quality tourism kepada pemerintah daerah, industri terkait, serta negara-negara tetangga.

“Konferensi ini akan menjadi kick off untuk memperkenalkan quality tourism secara menyeluruh,” jelas Odo dalam konferensi pers virtual, Rabu (28/8/2024).

Acara ini akan dihadiri oleh 250-300 peserta dari berbagai sektor, termasuk kementerian, lembaga, pemerintah daerah, asosiasi pariwisata, akademisi, industri, dan organisasi internasional.

Fokus utama konferensi adalah menarik 17 juta wisatawan mancanegara (wisman) serta meningkatkan kualitas wisatawan yang diharapkan memiliki pengeluaran minimal 250 dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 3,8 juta) per hari.

Dessy Ruhati, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf, menambahkan bahwa IQTC merupakan inisiatif pertama sejenis yang sejalan dengan peningkatan indeks pariwisata global yang disusun oleh World Economic Forum (WEF).

“Konferensi ini merupakan langkah strategis untuk berkolaborasi dengan WEF dalam upaya meningkatkan peringkat pariwisata Indonesia ke 15 besar dunia,” kata Dessy.

Dessy berharap IQTC akan memperkuat daya saing pariwisata Indonesia dan negara-negara ASEAN di masa depan.

“Kami berharap acara ini sukses dan dapat membangun pariwisata berkualitas di Indonesia serta kawasan ASEAN untuk masa depan,” tambahnya.